Ny.Theresia Furimbe
Walau usia sudah pensiun dari kantornya pada 2001 lalu dan sudah dimakan usia , perempuan berkacamata asal kota Steenkool ini masih berkarya mengabdikan diri bagi masyarakat, terbukti berbagai kegiatan mampu diusungnya, termasuk menyukseskan raker PKK, Konfrensi WKRI sebagai ketua Panitia Pelaksana. Memang tak dipungkiri usianya kian usur namun berhasil mengusung karya bagi masyarakat dan pekerjaan seberat apapun dihadapinya dengan senyum,rileks . Walaupun sudah tak semuda seperti dulu perempuan Bintuni ini menghadapi persoalan dan pekerjaan yang berat apapun dengan secercah senyum, rileks maka nampak rautnya nampak masih muda. Padahal kini sudah memasuki usia yang ke 59 tahun. Itulah cirri khas pribadi Theresia Fossa mantan Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Nabire. Perempuan kelahiran Bintuni 1948 silam ini sempat menukil kisah perjalanan hidupnya kepada media ini ketika ditemui di kediamannya di bilangan jalan Jendral Sudirman Bukit Meriam Nabire pecan lalu ( 17/07) . Sebagai anak tunggal dari Yakub Fossa dan Victoria dibesarkan dalam kemanjaan orangtuanya . Namun kemanjaan itu bukan terbuai dalam kemanjaan ,tetapi malahan Tress berpacu untuk membenahi dirinya menuju kemandirian pribadinya maka tahun 1949 ia masuk sekolah Rakyat di Bintuni. Waktu ayahnya Yakub Fossa yang awalnya sebagai karyawan NNGPM ( New Guinea Nederland Mascapy),masa kontraknya habis maka Tress diboyong ke Kampung Halaman orangtuanya Tanah Merah,kemudian Theres melanjutkan VVS Di Fak-fak tahun 1959 dan tinggal diasrama. Jauh sebelum masuk Sekolah SR tempat ayahnya bekerja ada sekolah khusus maka maka Ia belajar bahasa belanda dan lainya. Sewaktu melanjutkan sekolah di fak-fak tahun itu pula peralihan . lalu masuk SMP Don Bosco Fak-Fak . Ia angkatan pertama dari sekolah tersebut pada tahhun 1963 dan menamatkan pada tahun 1969 dengan predikat juara II. Kemudian Ia melanjutkan SPG Katolik di Biak lalu lulus dengan predikat juara II . “ Waktu itu saya pulang ke kampung tengok orang tua’ terlambat untuk mendaftar di UNCEN maka saya dikirim ke Merauke untuk melanjutkan Studi ke PGSLP( Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama) pada tahun 1970. Saya tidak kkenal orang di sana maka dalam pesawat tanya sama penumpang yang sama-sama ke Merauke . Ketika turun deari pesawat saya bingung hendak kemana. Terus ada rombongan Misionaris ada disitu lalu saya minta tumpangan sekedar bbeberapa minggu sebab disini saya tidak ketemu dengan orang disini. Suster yang membina asrama mengizinkan untuk saya tinggal di asrama. Karena saya tugas bel ajar maka saya beritahu akan membayar asrama bila gaji saya dibayar .Karena tidak punya orang yang saya kenal , saya tanya-tanya penumpang yang ada dalam 1 pesawat . Ketika turun pesawat ada serombongan Zuster biara lalu saya meminta tumpangan lalu ditawari tinggal diasrama . Kamuu anak-anak Papua datng dari jauh kesini maka kamu harus berhasil .itulah nasehat awal yang saya terima ketika masuk asrama pada haru pertama dari suster yang hingga hari ini saya tak pernah lupa “ urai mantan sekretaris Himpunan Wanita Karya era 1980-an ini . Setahun belajar di PGSLP Ia ditugaskan pertama kalnya sebgai guru di daerah Pedalaman Papua Tengah tepat SD YPPK Bodatadi di Komopa Paniai tahun 1971 selama 2 tahun . Kemudian pada tahun 1972 tepatnya diusia ke 24 tahun Ia menikah dengan Alex Furimbe yang ketika Ia menjabat sebagai PSW YPPK pertama di Paniai waktu itu. Lalu tahun 1973 lahir anak perdana . Dengan adanya pengangkatan guru inpres semua guru yang ada di daerah-daerah terpencil ditarik ke Dinas P dan K lalu Ia menjabat sebagai Kepala Seksi PENMAS( Pendidikan Masyarakat )selama 9tahun .Lalu Ia dilantik lagi menjadi kepala Seksi Pengadaan Perlengkapan SD pada instansi yang sama selama 15 tahun . Sampai tahun 2001 dilantik sebagai Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan yang pertama pada Kantor Badan Pemberdayaan masyarakat Desa Kabupaten Nabire. “ Sudah 37 tahun berkarya diNabire , sehingga ketika pulang ke Kampung Halaman , mengingjakkan kaki di daerah yang asing bagi saya dan anak-anak . 3 tahun lalu kami pulang Kampung tengok keluarga, kendati ada kerabat disana sekeluarga merasa terasing sepi, tidak punya kenalan maka segera kami kembali ke Nabire. Jangankan rasa terasing ketika anak-anak saya disapa orang Bintuni atau keluarga Fossa/Furimbe tapi mereka menjawab bapak Furimbe tapi kami orang Nabire .lima anak saya ini semua lahir di Nabire maka merasa memiliki atas tanah tumpah darahnya “ urai mantan ketua WKRI Paroki KSK Nabire . Selama dipercayakan sebagai Kepala Bidang berbagai kegiatan sempat dipelopori kaumnya dalam rangka memandirikan perempuan, Kabid Perempuan bekerjasama dengan organisasi perempuan lainnya memimpin pelatihan penerapan teknologi tepat Guna di Palu tahun 2001, Sempat mengirim tim termasuk dirinya pergi menjalani pelatihan pada Badan pelatihan teknologi Ekonomi kerakyatan di Palopo . Juga melakukan pelatihan secara marathon diseluruh distrik Kabupaten Nabire melakukan pelatihan ketrampilan dengan pengelolaan bahan setempat pada tahun 2002 . “ Kita di Papua ini ada banyak bahan baku tapi karena tidak memiliki pengetahuan dan sarana pengelolaannya maka kita selalu memanfaatkan bahan jadi yang diproduksi orang lain . Padahal bahan local bertaburan di Papua .maka terakhirnya konsumerisme merambah di Papua . Jeruk misalnya , orang bisa buat beraneka juice , tapi tidak tahu keterampilan dan sarana maka kita membeli juice-juice. Atau singkong atau ubi , kita bisa buat tepung tapi malahan kita lebih condong membelli tepung jadi . lasan inilah yang melatari untuk merangsek berbagai pelatihan yang bernuansa skill kepada kaum perempuan “ urai mantan Kepala Pelaksana Tugas harian Kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa pada tahun 2002 lalu ini . Kendati Perempuan yang kini lebih banyak menghabiskan masa pensiun di kediamannya Bukit Meriam inii, ketika diminta bantuan tenaga ,Ia selalu bersedia . “ walaupun usia saya ini sudah memasuki 59 tahun tetapi kalau saya diminta bantuan tenaga,maka saya selalu siap, sebab talenta yang saya miliki harus disalurkan kepada orang lain demi memwujudkan talenta kita miliki . Saya sudah usur tapi dengan senyum dan rileks nampak muda dari raut wajah . Sepanjang tangan, kaki , bergerak talenta yang ada pada saya akan diberikan kepada orang sebagaimana haknya juga sebagai perwujudan talenta kepada orang lain. Lagi pula sudah 35 tahu n sampai pensiun saya berkarya, namun rasanya ada banyak hal belum diwujudkan maka selagi masih ada tenaga, tangan kaki bergerak maka saya berikan talenta saya lewat apresiasi berbagai kegiatan seperti , ketua pelaksana konfrensi WKRI, Ketua Panitia Raker , Pewarta Kriing dan banyak kegiatan ikut terlibatnya ” urai mantan ketua PKK semasa Bupati Sateis Wanma 1978 ini .
Mama Theress yang murah senyum ini,kendati menanggung tugas yang cukup berat di kantornya semasa dirinya belum pensiun , ia pun tak jarang berkecimpung dalam berbagai organisasi di Nabire , baik GOW 9( Gabungan Organisasi Wanita ), WKRI selaku penasehat awam,Pengurus Dewan Paroki, PKK Kabupaten Nabire , Dharma Wanita Persatuan, Himpunan Wanita Karya, dan kader Partai Golkar semasa orde baru , danlainnya, maka wajar saja ,kendati sudah pensiun dari kantornya tenaga masih dimanfaatkan dalam berbagai organissasi sosial. Tak heran belum lama ini Ia menyukseskan Raker PKK, Konfrensi WKRI ( Wanita Katolik Republik Indonesia Cabang Nabire , berhasil melantik pengurus PKK seluruh distrik yang ada di Kabupaten Nabire, mampu memimpin ziarah rohani ke Sendangsono Tanah Jawa . Memimpin Tim seni Pamerran di bali, mimpin PORDA (Pekan Olahraga Daerah Papua ) di Jayapura , diundang juga menjadi narasumber dalam berbagai pertemuan ilmiah yang diusung kaum perempuan seperti seminar,lokakarya dan lainnya . “ Saya sudah pensiun 1 juni tahun 2001 lalu tetapi karena saat ini masih ada tenaga maka saya akan berikan dan wujudkan lewat tugas yang dipercayakan sebagai bukti nyata karya talenta yang dipersembahkan kepada sesama maupun kepada yang Sumber Hidup. Jalani hidup ala kadarnya , keluar saja selalu naik angkutan umum , tidak pwernah tergambar dalam benak saya ambisi untuk memilki hal-hal serba wah ” urai mantan Bendahara PGRI Kabupaten Nabire ini.
Satu pengalaman hidup yang hingga kini masih terekam dalam benaknya adalah Ketika itu SK pensiun berada dihadapan lalu gaji sudah distop . Saat itu menghadap Kepala Kantor untuk diberi pekerjaan namun Kepala Kantor mengatakan tidak. Dan memamng saya maklumi situasi politik di Nabire saat memasuki masa-masa transisi. Dan saya bilang biar sudah . Pengalaman inilah yang hingga kinimasih terngiang dalam benak saya sebab waktu itu tenaga masih mampu bekerja, apalagi saya erkarya disini baru 35 tahun . Namun karena tidak dikabulkan maka saya mengatur haluan untuk berkarya dalam berbagai organisasi perempuan yang ada sebab ternyata selama ini dinilai tidak dijalannkan secara optimal olehnya maka memplotkan segala kemampuan yang dimilikinya untuk megurus organisasi sosial teristimewa organisasi perempuan . Telah berhasil merangsek berbagai kegiatan di PKK,WKRI, GOW dan lainya . Dalam merangseknya semuanya baik itu, mengalami pengalaman pahit maupun manis juga dalam mengapresiasikan tugas yang diemban selalu dihadapi dengan senyum dan rileks juga terutama mengawali dengan doa . Ketika disingung bagaimana pola pembagian waktu antara keluarga , pekerjaan di kantor sebab memegang peran ganda, mantan Dirigen Paduan Suara KSK Nabire ini mengaku untuk mengatur semua pekerkjaan mesti ada displin diri dulu,mesti atur waktu kerja, waktu keluarga , dan lainya agar tidak terbentur dengan pekerjaan lain . Dulu kita diasrama kita sudah digembleng , dibina untuk mengatur waktu belajar, makan, weekend, refrensing dan lainnya maka sudah terbiasa teratur sehinga ketika memasuki dunia kerja dan memegang peran ganda bukan persoalan baru sebab sudah dididik suster-suster biara dari Negeri Belanda . Hal ini dalam memegang peran ganda perempuan kembali kepad disiplin diriperempuan dalam mengarungi bahtera rumah tangga sebab ini akan terpengaruh pada pelyanan kepada suami maupun pendidikan kepada anak-anak . Hasil kedisiplinan dan didikan diri seorang perempuan akan berpengaruh kepada anak dan suami . Perempuan sedapat menjadi panutan dan teladan bagi anak-anak dalam mendidiknya . Sebab anak akan mempelajari tingkah laku ,tindakan ,dan sikap orantuanya .bila Bapak dan mamanya malas ke gereja ,bangun terlambat, maka anak akan lihat dan belajar adri contoh yang diberikan orangtua . enatah contah baik atau buruk ia akan belajar . Jadi kalau irama kehidupan orangtuanya tidah dapat diteladani oleh anak-anak maka anak anak akan mencari pegangan diluar rumah dengan berbagai pengaruh buruk. Kalau orangtua hanya sebatas melahirkan tanpam bimbingan ,didikan dalam agama maka anak merasa bebas dan menncari kesenangan sendiri diranah lingkungan . Diera informasi danteknologi perubahan merambah begitu pesat maka manusia pun ikut berubah baik pola pikir, tingkah laku dan sikap dengan ikutan mode . Kini perempuan ingin jadi laki-laki, yamng kriting mau rubah jadi llolong, yang hitam dapat berubah sawomatang, disini keluarga menjadi benteng kehidupan anak-anak yang merupakan generasi masa depan . Orang tualah yang mendidik , mengarahkan generasi kita . Apalagi kini anak sudah banyak yang terjerumus dalam pesta miras, seks dan hal negative lainnya yang merusak moralitas generasi Papua maka Kitalah yang mengiring manusia Papua. Maka komunikasi sangat pentibg dalam keluarga demi membentuk manusia generasi depan ini. Satu hal lagi perempuan mesti intropeksi diri apa yang kurang akan pelayanan dalam keluarga baik kepada suami, juga anak agar suami dan anak tidak neko-neko diluar rumah “ urai alumni angkatan perdana AAP ( Akademi Administrasi Pemerintahan ) Nabire yang memiliki prinsip kita boleh saja sukses, berhasil, menang, menjadi kaya, terkenal, danlainya tetapi ingatlah pesawat yang terbang tak lupa mendarat . Jangan lupa dengan semua itu . Emanuel Goo Nabire
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda