Mulai Dari Keisengan Akhirnya Terselami
Adalah John N.R Gobay, Pria Kelahiran Wamena 24 April 1977 . Dalam usia yang relative muda terpilih menjadi ketua Dewan Adat Paniyai pada bulan mei lalu via konfrensi Masyarakat adat Paniai di Enagotadi . Jauh sebelum dirinya terpilih Pria berkaca ini tak surut serta tak bosan-bosannya lantang berbicara memperjuangkan hak-hak dasar masyarakat akar rumput. Tak peduli ribuan kerikil menghadang dirinya dalam menggapai hak-hak hidup masyarakat. Dalam perjuangan dan perjalan merangsek itu ,dimulai dari keisengan melakukan investrigasi dan pendampingan masyarakat dari beberapa persoalan yang berkembang dalam masyarakat kecil, ketika itu pula Gobay terselami dan ikut masuk dalam persoalan yang adalah masyarakat adat. Tak pernah memiliki dambaan bahwa suatu saat akan memangku jabatan ketua Dewan Adat Paniyai, sebab yang dalam benaknya hanya keisengan membantu dan mendampingi menyelesaikan persoalan juga bukan bidang keahlian sewaktu kuliahnya di Fakultas Ekonomi Universitas Soegiyo Pranoto Semarrang . Ketika itu pula pria alumni SMA TB Waena Jayapura ini ikut selami dalam masalah rakyat adapt.Semakin tenggelam di dalamnya , semakin jauh pula masuk menembusi dalam pergumulan masyarakat dengan hati terbuka, maka mulai berpikir ikut kecebur dengan masyarakat akar rumput. Hal itu terbukti semasa dirinya memimpin sebagai Ketua Elmasme (lembaga Masyarakat Adat MEE Paniyai ,mulai menyuarakan pencurian kayu Gaharu di Bouwobado Kab. Paniyai . Pada tahun 2003 dirinya bersama masyarakat menyurati Gubernnur segera menerbitkkan SK pendulangan Rakyat di Deggeiwo yang hingga kini bermasalah, Bertemu memperjuangkan dana 1 % kepada presider PT.Freeport Indonesia , Kampanye bahaya HIV/AIDS ,gencar berjuang hak ulayat di daerah pendulangan Degeiwo diistrik Bogobaida yang hingga kini belum ada penghargaan kepada masyarakat local disana. ,sebab daerah dan masyarakatnya yang terisolasi tersebut dikuasai,diklaim,dan dirusak oleh orang luar dengan pembekingan aparat dari pengusaha emas .
Berusaha meraih hak hidup raktyat kecil dalam berbagai hal berawal dari keisengan dan mengisi kekosongan waktu sekaligus tempat pelarian dari masalah pribadinya dihadapi saat itu namun Gobay ikut masuk dalam persoalan masyarakat yang penuh aral namun penuh makna dalam hidupnya juga menghiasi dalam perjalanan sebagai bumbu-bumbu kehidupan . “ Terpilih sebagai ketua Dewan Adat Paniyai ,tak pernah memiliki dambaan dan ambisi menjabat ,. Hanya karena keisengan memasuki dunia dan persoalan hidup masyarakat kecil disamping sebagai tempat pelarian. “Ketika saya selami dalam persoalan masyarakat semakin tenggelam dan semakin jauh pula masuk dalam pergumulan masyarakat dengan berasakan memilih kepada pihak yang lemah dengan cara beretika. Bila dihadapkan pada suatu persoalan dan situasi yang dilematis harus bertindak brutal tetapi beretika guna menggapai titik keadilan dan kebenaran” tandas Jhon Dengan berasaskan memilih kepada pihak yang lemah maka DAP bersama jajaran ini memikul beban tanggung jawab yang berat mengingat banyak hal yang dapat dilakukan sesegera, seperti sennsus penduduk local, pemetaan wilayah adat yang adalah tanah-tanah milik rakyat dengan menugaskan penjaga Kampung. Di Bali ssaja ada polisi adapt (satgas Desa Adat) untuk mengawasi dderah wisata. Di Papua ,penjaga wilayah adat ,memberi pengamanan Kampung diperlukan.
, Untuk mematangkan dirinya dalam menyelesaikan persoalan, Gobay yag juga mantan Wakil Ketua Senat n Fakultas Ekonoimi Unika Soegyo Pranoto Semarang ini sempat meretas berbagai kegiatan mulai dari dunia kampus hingga menembusi organisasi di luar kampus. Tahun 1999 dirinya merintis sebuah forum Diskusi yang dilabeli Lorenz. Dari sini mulai mencoba mengangkat persoalan-persoalan di daerah Pegunungan Tengah. Setahun sekali menggelar seminar seperti peranan Freeport terhadap di Papua. Hendak Kemana Orang Gunung di Papua, juga tahun 2000 seminar yang mengusung tajuk pembangunan masyarakat Pegunungan Tengah secara resmi dibuka oleh Gubernur almarhum Jaap Salosa . Dari rangkaian seminar dan diskusi Jhon Bersama teman-temannya sempat menerbitkan buku yang bertajuk “ Pemberdayaan Masyarakat Pegunungan Tengah” serta merta diluncurkan 09 januari 2002 yang diangkat dalam diskusi pembangunan masyarakat akar rumput di Papua dari perspektif ekonomi.
Gobay muncul ide pulang kampung halaman dikala teringat kembali orang tua di kampung dalam doanya selalu mendoakan buakt anak-anak yang kuliah di berbagai daerah maka sebagai imbalan budi baik yang bersamaan dengan itu tahun 2002 pulang kampung karena tahun itu pula menghadapi problema pribadi, Keputusan pulang kampung didukung pula atas inspirasi Budi Baik Siregar bahwa “kalau bangun Papua pergi dan berburu pada guru-guru yang ada di Papua sebab banyak kearifan-kearifan yang patut dipelajari dan diselami” Rakyat tak perlu dimabukan oleh berbagai hal baru dari luar yang mematikan kreativitas mereka tetapi masuk belajar dari persoalandan keadaan kehidupannya yang memberikan inspirasi . Agar masyarakat menjadi tuan Negeri sendiri harus dimanage oleh orang pintar masuk lewat pintu mereka sebab mereka memiliki kearifan local yang memiliki niali yang tiada tara .Kalau mau bangun pergi tanya sama orang-orang besar yang ada di honai-honai. Rakyat butuh bukti nyata dilapangan bukan teori .Mungkin itulah yang membuat dirinya pulang Kampung menjadi orang Kampung.Sarjana mesti pulang Kampung untuk mulai membangun kampung halaman sendiri demi menjadikkan pula diri sebagai tuan di Negeri sendiri. SPK(Sarjana Pulang Kampung) mesti dikembangkan untuk membangun Kampung sendiri dengan mulai dari apa yang mereka miliki,tinggal ,berpikir,berbuat dengan apa yang ada pada rakyat akar rumput. SPK yang memiliki dengan specialisasi berbagai disiplin ilmu, sekira dapat kembali membangun daerahnya. Siapkan diri dan perdayakan sarjana untuk bangun kkampung.
Dalam merangsel pekerjaan berat membawa perahu Dewan Adat pria alumni Fakultas ekonomi ini memegang sebuah rumusan bahwa membaktikan diri dalam bekerja aksi nyata 90%, 5 % menggunakan rasio , dan 5 % mernggunakan terori. Maka tak heran bila John pulang Kampung hidup bersama tua- tua adat,lalu berpikir kebutuhan akan lembaga adat mengakomodir suara-sura kalangan masyarakat bawah, yang ditindaki pendeklarasian lahirnya Elmasme (Lembaga Masyarakat Suku Mee)Gaiya di Lapangan Soeharto Enagotadi (Enarotali) pada tahun 2003. Elmasme hadirn saat itu ditengah pro kontra di masyarakat,pengukuhan dan pengakuan Elmasmee sempat dibahas di DPRD Paniyai untuk diperdakan namun melalui musyawarah Adat (Musdat) pada tahum 2004 menghasilkan akte Notaris . Mulai dari situlah Elmasme dibawah kendali John terealisasi sejumlah obsesi termasuk penyelesaiaan persoalan rakyat, baik dari pencurian gaharu di Bouwobado,mendesak Gubernur segera keluarkan SK agar Pendulangan Degeiwo jadi pendulangan rakyat . Elmasme bersama masyarakat bertemu Presider PT.Freepot Indonesia untuk memperjuangkan hak ulayat masyarakat Paniai sebab areal operasi penambangan PT.Freport kini telah melewati tapal batas wilayah hukum Paniyai’berbagai keputusan dan ketetapan dihasilkan tapi banyak hal pula yang kontra dengan realitas di masyarakat (,seperti jual beli tanah oleh masayarakat,sebenarnya sudah dibuat keputusan bahwa masyarakat tidak perlu jual tanah melainkan sewa tanah kepada orang dengan batas waktu tertetu. Bila lewat masa kontraknya tanah jadi milik masyarakat atau diperpanjang lagi. Namun pada tataran realitas tanah dijual begitu saja dengan harga yang murah.).” Memang sebagian ketetapan maupun keputusan selalu ada pro dan kontra dengan realitas di masyarakat maka seakan-akan kami tidak bekerja apa-apa.tetapi itu bukan menjadi alasan untuk berkarya demi perbaikan dan perjuangan hak-hak dasar masyakat adat Semua kontra dihadapinya sebagai konsekwensi dari sebuah keputusan atau kebijakan. Resiko dalam keputusan yang diambil ada tantangan dan dihadapi dengan lapang dada , suatu kebijakan dibuat demi perbaikan kehidupan masyarakat akar rumput”tanda pria ayah seorang poutri ini. Elmasme Satu-satunya lembaga adat yang bicara dan kampanye akan bahaya penyakit HIV/AIDS sempat diusung pada masyarakat dengan bahasa local ,baik kepada bapak-bapak,Ibu. anak-anak maupun pemuda, serta penerbitan buku kajian Religi orang Mee dan Hukum Adat orang Mee . Dalam penerbitan buku hukum adat untuk memformusikan dari lisan ke dalam bentuk tulisan bukan menentang hukum yang ada melainkan menambah refrensi hukum yang ada. Memformulasikan dari yang tidak tertulis ke dalam bentuk tulisan yang nantinya dapat dibaca oleh generasi mendatang .
Ilegal Mining alias Pendulangan emas illegal di degeiwo distrik Bogobaida dan dan Baja Biru Kabupaten Paniyai adalah Persoalan terakhir dan actual yang dirinya masih berjuang dan tangani lewat berbagai aksi,. Bukan hanya menampung ,menyelami tapi mengungkap kepada public lewat berbagai media agar ada perhatian berbagai pihak,termasuk aparat keamanan sebagai pembeking pengusaha emas maupun pendulang emas yang sudah masuk ribuan lebih di Degeiwo. Hingga kini illegal mining belum ada penyelesain sebab dibalik pengusaha ada pembekingan aparat. Pengusaha klaim lokasi tanpa membayar sepersenppun(walaupun dibayar tetapi acapkali dengan janji-janji yang tak pernah direalisasikan) hak ulayat mjasyarakat local. Berbagai cara ditempuh untuk mencari upaya penyelesaian , baik lewat aksi demo, pemalangan helly Pad (Lapangan Helikopter) pertemuan dengan DPRD Paniyai-Nabire, Pemerintah Daerah Paniyai-Nabire, juga mengungkap lewat media massa namun hingga kini belum ada penyelesaian yang final malahan penambahan aparat di daerah pendulangan dengan mencaplok tanah masyarakat. Kendati demikian upaya memperjuangkan hak-hak ulayat masyarakat adat Degeiwo terus akan diperjuanglkan dan dikumandangkan .”Yang sedang berjuang sekarang bagaimana Degeiwo jadi Daerah Pertambangan Rakyat agar masyarakat di wilayah itu dapat menikamti kekayaan alamnya “urai pria mantan ketua osis SMP Negeri 1 Wamena ini.
Disinggung adanya stigma bahwa LMA atau DAP pendukung “ M “ atau kelompok garis keras kata Mantan Ketua Elmasmee Gaiya Paniyai bahwa stigma yang keliru dan salah memahami bahwa LMA –DAP sebagai lembaga politik .Yang ada selama ini tidak pernah ada koordinasikan antara pemerintah dan Dewan Adat untuk membatasi peranan-peranban kedua lembaga. Kewenagan Adat dan kewenangan pemerintah tidak perlu campur aduk. Apa yang menjadi milik pemerintah kembalikan kepada Pemerintah lalu apa yang menjadi hak dan kewenangan adat itulah milik Adat. Dewan Adat sebagai mitra kerja pemerintah untuk membangun masyarakat bukan sebagai tempat belajar berpolitik. Oleh karena itu situasi politik di Papua mendapat stigma DAP berjalan menyelami ‘M’ padahal Dewan Adat adalah Rumah, Emawa,Pilamo, Isorei, Nduni, Bivak, ,tempat dimana membicarakan dan memeperjuangkan ,bergumul aneka hal dengan masyarakat adat. Karena itu mestinya Dewan Adat dipahami sebagi rumah ,bukan tempat berpolitik yang menjadi momok bagi pemerintah. Dewan Adat berfungsi sebagai Rumah mengolah berbbagai perkara masyarakat Adat. (emanuel goo)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda