Senin, 14 Januari 2008

Akibat Kenaikan Harga BBM Di Nabire

Awal tahun ini pemerintah telah menaikan harga bahan bakar minyak. Belum cukup dengan kenaikan itu, kini pemerintah sedang ancang-ancang menaikan harga BBM lagi pada bulan oktober 2005 mendatang . Bersamaan dengan itu harga sembako jelas akan ikut melambung harganya. Di Nabire, minyak tanah saja sulit mendapatkan, sekalipun ada yang di jual tapi mahal hingga mencapai 5.000 per liter.
Berikut tanggapan masyarakat respon masyarakat Nabire atas rencana kenaikan BBM ( Bahan Bakar Minyak ), yang diliput koresporenden Suara Perempuan Nabire

“ Mace Yawan membolak-balik gorengan pisang di wajang. Belum matang benar tiba-tiba kompor mati. Cek sana sini minyak habis. Tengok jerigen di pingir kompor jua sudah tidak ada. Pergi di kios pengecerpun terpampang tulisan “ Minyak tanah habis” juga. Akhirnya macemace tidak jadi sarapan buat anak-anaknya yang pergi ke sekolah”. Demikianlah salah satu ibu dari seribu ibu-ibu yang merasakan kelangkaan sekaligus rencana pemerintah menaikan harga BBMpada bulan oktober ini.

“ Dorang lihat kitorangkah trada. Kitong sudah sulit dapat minyak saja, dorang (pemerintah) sudah mau kaseh naik harga BBM lagi”, kesal ibu Thresia ketika meyaksikan tayangan TV mengenai rencana kenaikan BBM.

“ Kita Ibu Rumah Tangga Sudah Menderita. Harga BBM saja sudah mahal lalu sekarang kita mau dikemanakan. Jangankan kita ibu rumah tangga yang tidak kerja, mereka yang sudah Pegawai Negeri saja sangat menderita untuk bayar utanglah, bayar rekening lampu, biaya anak sekolah dan banyak kebutuhan lainnya. Apalagi kami yang hanya mengharap gaji dari bapak atau mereka yang hidup dari hasil kebun, atau nelayan sangat menderita menanggung beban pemerintah, sebab apa yang saya rasakan di dapur ini, ibu-ibu lain juga sedang mengalami hal yang sama. Dampak kenaikan BBM sudah dipikirkan semua oleh pemerintah termasuk subsidi BBM kepada masyarakat tapi dalam penyaluran subsidi acap kali di salah gunakan oleh pejabat-pejabat sehingga tidak sampai ke tangan rakyat kecil yang seharusnya hak mereka” kata Nelke H.R. Ayomi pada suara perempuan belum lama ini.

“ Bila BBM naik berarti hasil pertanianpun harus distandarkan atau disesuaikan dengan harga BBM dan Sembako lainnya, sebab mata pencarian kami sebagai petani tidak menentu. Untuk saat ini harga yang paling murah di dunia adalah hasil pertanian di pasar. Tidak hanya kenaikan BBM lantas petani jadi korban pemerintah. BBM naik, harga barang semua naik sementara hasil pertanian tetap bahkan paling murah di beli harganya. BBM naik tapi harga barang di toko ditekan dan disesuainkan dengan kemampuan pendapatan masyarakat, sebab mata pencarian kami tidak menentu” kata Kasiyanto warga Distrik Wanggar. Harga BBM harus disesuaikan menurut kelas masyarakat, harga BBM kelas bawa diberikan harga di bawa standar sedangkan pengusaha dan pejabat sesuai harga yang berlaku. BBM dapat dinaikan tapi harga barang perlu dikontrol oleh pemerintah agar masyarakat tidak mencekik leher, tegas Kasiyanto.

“ Kembali saja ke kayu bakar” kata Susana Sarak. Kita lihat masyarakat kecil, untuk membeli kebutuhan saja sukar untuk memenuhinya, lalu dibebani dengan kenaikan harga BBM. Bila BBM naik maka harga semua barangpun ikut melonjak.Dulu saya bongkar tungku api tapi sekarang sudah pasang lagi sebab kita susuh dapat minyak tanah apalagi ada kenaikan harga BBM. Pemerintah hendak menaikan harga BBM, kebijakan itu untuk kepentingan siapa ? Kalau kepentingan pemerintah yang akhirnya akan untuk dikorupsi dan bukan kesejahteraan rakyat lebih baik ditunda dulu sebab beberapa bulan lalu sudah naikan harga BBM urai Susana kepada Suara Perempuan.

“ Untuk masyarakat biasa di Papua tidak terasa pengaruhnya tapi yang sangat merasakan adalah pengusaha-pengusaha yang lebih mengantung pada BBM maka akan berimbas pada meningkatnya biaya produksi, akhirnya harga barang di pasaran ikut melejit. Tapi terakhir turun pada masyarakat yang mengalaminya seperti ibu-ibu di dapur itupun bagi yang berada di kota “ kata Anton Agapa.




“ Tujuan pemerintah menaikan harga BBM itu baik dan sudah memikirkan jauh ke depan demi kesejahteraan bagi rakyat. Namun naikan BBM dalam setahun dua kali semestinya tak perlu terjadi sebab tidak semua orang kaya. Saya dapat lia liter setiap kali pengecer memasok minyak tanah dalam waktu tidak menentu itu tidak cukup untuk masak air saja sebab kami selalu pakai Kompor dan itu membutuhkan minyak tanah. Kita mau cari kayu bakar tidak bisa sebab kami sudah tidak mampu alias tua, ujar Ibu Furimbe Mantan Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan. Semestinya perlu ada jangka waktu lama baru lalu menaikan harga BBM. Kita masyarakat kecil mengomel, kritik dean sebagainya. Tapi tujuan pemerintah jauh lebih baik, tandasnya.

“ Harga BBM di Indonesia sangat murah maka pemerintah kewalahan dengan beban negara yang begitu berat, kata seorang karyawan Pertamina Nabire yang tak mau menyebutkan namanya. Misalnya pemerintah sudah subsidi minyak tanah dengan harga jual Rp. 1.000,- tapi ketika sampai di pengecer alias di pasaran sudah melonjak Rp. 5.000,-. Pertamina sudah memberikan subsidi atau kompensasi BBM sebelas milyar tapi untuk penyaluran dana subsidi kita kembalikan kepada pemerintah apakah mau mengelola dengan baik atau tidak. Kami pihak Pertamina tiap hari mengeluarkan minyak tanah kepada masyarakat tapi dalam penyaluran kadangkala tidak sampai pada masyarakat. Jadi kalau ada yang menyatakan di Nabire terjadi kelangkaan minyak itu hanya omomg kosong sebab tiap hari kami mengadakan dan menyalurkan kepada pengecer-pengecer yang sudah memiliki ijin. Sampai atau tidaknya BBM kepada konsumen tergantung bagaimana pengecer memasarkannya.


3manuel 9oo

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda