Selasa, 01 Januari 2008

Bila Perempuan Piyaiye Melahirkan Di Hutan


Tak Pernah terbayang Marta Pokuway apa yang dilakukan bila dirinya melahirkan di tengah –tengah hutan yang jarak antara Rumah dengan hutan memakan waktu perjalanan 4 jam. Rumah yang ada di Kampung Yegeiyepa ,sekitar 1 hari penuh ke distrik Apouwo .Di Kampungnya tak ada pustu ( puskesmas) maka 1 hari penuh perjalanan untuk tiba ke Puskesmas . Hanya ada jalan setapak yang menghubungkan ke kampung Yegeiyepa , naik-turun gunung, keluar masuk hutan .
Hari itu Mama Marta Pokuway yang dalam keadaan hamil tua pergi ke kebun yang jarak antara rumah dan kebun cukup jauh . Naik –turun gunung , melintasi hutan rimba melalui jalan setapak. Belum terbayang bahwa hariini dirinya akan melahirkan. Sambil menggendong anaknya yang masih balita , Ia menelusuri hutan rimba raya untuk mengambil hasil kebun yang jaraknya . Setiba di kebun, Ia mengerkan sejumlah pekerjaan mulai dari panen, menyiangi juga menanam juga mengambil bekal sekeluarga di rumah . Belum selesai sebagian pekerjaannya , Ia merasa buang air kecil , lalu bergegas menyingkir di bawah pohon. Eh… ternyata Kepala anak sudah keluar ditengah-tengah selangkangan , maka Ia mengambil dedaunan lalu mengalasinya lalu anak yang sebagian tubuh keuar itu ,tanpa mengalami hambatan dilahirkan . Sambil menggendong anak yang baru keluar dari rahim, dengan sangat hati-hati melangkah masuk pondok di kebun lalu mengambil sebilah sembilu lalu memotong tali pusar . Istirahat beberapa jam, Ibu tiga anak ini ,menggendong anak yang baru dilahirkan dengan baju kumal yang sejak pagi dipakai ibunya. Sedangkan anak balita digendong dalam nokennya menelusuri gunung,tebing , dan hutan menuju ke rumah dengan jarak tempuh empat jam .Sambil menahan rasa sakit dengan tubuh gemetar melangkahkan kakinya . Inilah satu kisah Mama Marta Pokuway melahirkan anak ketiganya nya di tengah hutan . Sedangkan anak yang kedua pun dilahirkan ditengah hutan ketika sedang dalam perjalanan dari hutan menuju ke rumah . Waktu Ia bersama adiknya membawa pulang hasil kebun kwe rumah . saat itu Marta dalam keadaan hamil tua namun fisik masih dapat bekerja maka Ia dan Adiknya pergi ke kebun di sebelah kali besar yang nun jauh . Ditengah perjalanan menuju, Marta merasa ngeri dipinggang disertai sakit pada kemaluannya ia menurunkan beban yang dipikulnya lalu hendak istirahat namun tak disangka Ia sakit melahirkan sebab diselankangannya telah mengeluarkan darah serta lendir .Maka diberitahu pada adiknya segera membantu dalam melahirkan . Tanpa mengalami kesulitan , Ia melahirkan seorang anak laki-laki . Lalu dibungkus dengan kain ala kadarnya , Ia bersama adiknya melanjutkan perjalanan hingga tiba di rumah . “ Melahirkan di tengah perjalanan ataupun hutan sudah biasa bagi mama-mama disini. Sebab kami punya kebun jauh-jauh . Didekat rumah tidak ada kebun , maka untuk ambil makanan harus pergi ke kebun yang cukup jauh . Ada sebagian biasa melahirkan di kebun, di tengah jalan , ada juga kalau waktu dekat lahir biasa tinggal saja di rumah . Walaupun melahirkan tanpa orang lain saya bisa melahirkan sendiri .Itu saya sudah pernah melahirkan 2 kali di luar dari rumah . Ini semua atas pertolongan Tuhan maka patut disyukuri ,Bukan kemampuan kami. Dipuskemas ini ada bidan tapi jarang ada ditempat tugas , dokter juga tidak ada “ urai Marta .
Bila ada ibu mengalami kesulitan melahirkan maka dipanggil mantri Kalau sulit dibantu para medis dalammelahirkan baru biasanya di kirim ke Nabire lewat pesawat milik AMA jenis Cessna tetapi itupun ongkos tiket mahal sebesar 450.000 per penumpang .
Menurut Kepala Puskesmas yang disampaikan Yuliten Makay salah satu petugas kesehatan Magang di Puskesmas Apowo mengatakan fasilitas kesehatan tidak lengkap. Jangankan sarana kebidanan, sarana kesehatan saja tidak ada . Hanya obat-obatan baru beberapa waktu lalu didrop . Sementara fasilitas lain sangat minim, baik tenaga medis, dokter serta fasilitas lainnya . Ketika diatnaya apakah selama ini ada kasus kematian Ibu dan Anak saat melahirkan . Makay, mengaku selama dirinya bertugas belum pernah menemui kasus kematian Ibu dan anak karena keterlambatan menangani atau saat melahirkan. Hanya satu kasus , dimana ketika itu seorang Ibu mengalami kesulitan melahirkan selama 4 hari empat malam, karena kelelahan yang didera perempuan ini maka ia menghembuskan nafasnya “ urai makay. Sedangkan pengiriman Ibu yang mengalami kesulitan melahirkan dan petugas kesehatan sudah tidak mampu menangani lagi , maka puskesmas merujuk ke Kota Nabire untuk segera ditangani kesulitan melahirkan. Kalau rujuk ke pUskesmas Bomomani maka melakukan jalan kaki 3 hari tiga malam hingga tiba di Bomomani maka dirujuk ke rumah di nabire . dapat diakui bahwa rata-rata mama disini kuat dalam melahirkan, kadang mereka sendiri melahirkan, sendiri tanpa bantuan orang lain termasuk para medis, kadang melahirkan di kebun, hutan atau pun di kali. bukan satu atau dua kali tetapi sudah berkali-kali dan sudah bertahun-tahun lamamnya . karena tidak ada pertolongan kesehatan yang memadai maka mereka lebnih mandiri dalam melahirkan. itulah kelebihan perempuan yuang patut diberi jempol .
emanuel goo

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda