Selasa, 01 Januari 2008

Ketika Mobil Idola Mencekik


Hari Kamis pagi 22 Juni lalu mobil 8 X-trada L-200 berbaris antrian di parkir terminal Kalibobo untuk memuat penumpang dengan tujuan Moanemani, Waghete dan Enarotali. Dari delapan mobil tersebut 3 diantaranya berplat hitam, selebihnya plat kuning. Beberapa pemuda naik diatas bagasi merapikan barang-barang penumpang. Sementara 2 pemuda berteriak mmanggil penumpang yang hendak ke Moanemani-Enarotali dan Waghete. Tak jauh dari kendaraan X-trada, 3 orang sopir nongkrong ala kadarnya. Selain itu, ada yang duduk menikmati kopi dikedai yang tak jauh dari terminal. Tak lama kemudian seorang pemuda yang berteriak memanggil penumpang tadi memberitahu kepada salah seorang sopir bahwa mobilnya sudah dimuat penuh seranya menyerahi uang sebesar Rp. 3.900.000,- hasil pungutan ongkos dari 13 penumpang tujuan ke Moanemani. Sepuluh menit kemudian kendaraan roda 4 (Empat) X-trada L-200 itu dengan mulus keluar dari terminal meluncur tujuan ke Moanemani. Satu jam kemudian sebuah mobil X-trada yang memuat penumpang tujuan Enarotali bersiap-siap berangkat dengan 13 penumpang, 5 penumpang serta sopir duduk dalam mobil, delapan penumpang lainnya duduk berdempetan pada jok/kursi belakang yang terbuka. Seorang pemuda yang menarik tarif dari penumpang turun dari mobil, serta merta menyerahkan sejumlah uang “Semua jumahnya 5.850.000,- dari 13 penumpang” kata pemuda tersebut sembari menyerahkan uang itu. Dari uang Rp. 5.850.000,- itu, sang sopir menyerahkan Rp. 150.000,- untuk pemuda yang menagih penumpang. Sementara itu seorang pemuda masih menagih ongkos bagi setiap penumpang yang membawa banyak bekal/barang seperti seng, beras, binatang ternak, anak kecil, dengan tarif Rp. 20.000 – Rp. 50.000,- yang diluar dari ongkos taksi yang sudah dibayar Rp. 300.000,- untuk tujuan Moanemani, dan Rp. 450.000 – Rp. 500.000,- tujuan Waghete dan Enarotali. Usai mobil berikutnya beres semuanya, 2 mobil X-trada L-200 berplat hitam meluncur keluar dari terminal Kalibobo, menuju Enarotali yang berkilometer 250-an lebih dengan 13 penumpang. Mobil X-trada yang menjadi idola bagi penumpang ke daerah pedalaman itu meluncur dengan mulus melewati gunung-gunung yang menjulang tinggi, kadang harus mekelok turun hingga nyaris meluncur jurang, sering pula harus memanjat tebing yang tajam, dan berliku-liku juga harus melewati seonggok lumpur, menembusi gunung dan tanjung, serta melintasi sungai-sungai yang deras serta melewati lobang-lobang yang dalam hingga mobil tenggelam didalamnya namun X-trada mampu menembusi dengan mulus.Pada hari yang lain sekitar pukul 14.00 siang, sebuah mobil X-trada berkeliling kota Nabire sambil mencari penumpang yang hendak ke Pedalaman. Menyinggahi beberapa rumah yang diduga ada penumpang yang hendak pulang ke Pedalaman. Sesekali seorang kondektur berteriak “Wadou”, wadou (Pedalaman – red) memanggil penumpang. Karena dianggap penumpang yang hendak berangkat mencapai 13 orang, mobil tersebut mengambil/menaikkan penumpang dari rumah ke rumah lalu malam sekitar pukul 19.00 X-trada L-200 yang bertuliskan “Pemburu Berlian” itu berangkat ke Pedalaman-Moanemani dengan tarif perpenumpang Rp. 300.000,-Martinus Iyai seorang penumpang yang hari itu hendak berangkat ke Pedalaman, saat itu ditemui media ini menyayangkan tarif angkutan yang cukup mahal dan mencekik leher masyarakat itu. Tarif angkutan yang ditetapkan itu diluar dari batas kemampuan kami, saya datang ke Nabire hanya beli keperluan keluar, sebab di Pedalaman harga barang sangat mahal. Keperluan yang hendak dibeli itu batal sebab uang yang disiapkan untuk itu digunakan bayar ongkos taksi Rp. 300.000,-. Selain ongkos saya harus bayar lagi Rp. 50.000,- untuk beras yang saya bawa. Katanya beras, ternak, seng dan anak kecil harus bayar. Maka uang saya habis hanya bayar ongkos, sedangkan berbagai kebutuhan yang hendak dibeli itu tidak jadi dibeli. Dari atas datang untuk beli keprluan tapi dari tarif yang ditetapkan antara 350.000 - 600.000,- itu sangat melampui melewati batas kemampuan kami. Karena di Pedalaman harga barang mahal sehingga datang beli disini tapi malah kami dicekik dengan ongkos taksi yang mahal pula.Menurut Ahmad, seorang sopir mobil X-trada yang ditemui Suara Perempuan disela-sela memuat penumpang diterminal Kalibobo mengaku bahwa medan jalan yang berliku-liku dengan jarak tempuh yang jauhnya 200-260 Km, maka wajar kalau dianggap mahal. Apalagi beli BBM sekali berangkat pulang-pergi sebesar Rp. 500.000,- lalu bayar anak-anak mencarikan penumpang bayar Rp. 150.000-200.000,- dan bayar sopir cadangan yang dibawa bayar Rp. 500.000,- sekali berangkat. Tarif yang ditarik dari penumpang memang belum ada ketetapan dari pemerintah tapi mengingat berbagai pertimbangan dan pengeluaran, ditetapkan Rp. 300.000,- untuk Moanemani, Rp. 450.000,- untuk Waghete dan Rp. 500.000,- untuk Enarotali. Maka kami terima bersih dari penumpang antara Rp. 3.000.000,- sampai Rp. 5.000.000,-, urai Ahmad.Lebih lanjut dikatakan dengan jarak tempuh sehari penuh dengan waktu 8 – 10 jam dengan kondisi jalan yang belum diaspal serta letak medan yang berliku-liku itupun menjadi persoalan tersendiri bagi kami, maka tak perlu heran bila tarif dianggap mahal.Ketika ditemui media ini Kepala Dinas perhubungan Kabupaten Nabire Neles Jawan, S.Sos, mengatakan kendaraan roda empat X-trada L-200 yang selama ini dimanfaatkan untuk menyangkut penumpang ke Pedalaman (Nabire dan Paniai). Sebenarnya bukan untuk penumpang tetapi untuk memuat barang. Namun, kondisi Nabire yang agak beda dengan daerah lain, kendaraan angkutan barang ini dimanfaatkan untuk angkut penumpang tujuan Pedalaman dan sekitarnya. Menurut UU 14 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 41 tahun 1993 tentang jalan ditegaskan kendaraan L-200 untuk mengangkut barang bukan untuk mengangkut penumpang. Namun kenyataan yang terjadi di Nabire kendaraan X-trada L-200 menjadi idola bagi angkutan Pedalaman, karena kelebihannya mampu menembus jalan dalam kondisi apapun. Karena larisnya bisnis angkutan darat, X-trada L-200 yang plat hitampun menarik dan mengangkut penumpang ke Pedalaman. Hal ini terbukti dengan dipulangkannya 3 X-trada saat operasi (Senin, 03/07 dua buah dipulangkan siang hari dan satu lagi pada malam hari, ketika hendak membawa penumpang tujuan ke Pedalaman. Dalam rapat bersama dengan Instansi terkait dalam pemanfaatan jalan disepakati untuk meminta kendaraan L-200 untuk menyelesaikan persyaratan angkutan penumpang. Persyaratan tersebut ditujukan kepada X-trada yang menggunakan plat kuning. Sedangkan plat hitam belum bisa mengangkut penumpang ke Pedalaman. Karenanya, X-trada plat hitam diharap segera menyelesaikan persyaratan. Setiap kendaraan L-200 yang memuat penumpang ke Pedalaman harus memiliki Surat Ijin Usaha Angkutan, Surat Keterangan untuk memuat orang atau barang, buku uji Kir dan Surat Asuransi Jasa Raharja agar penumpang yang kena musibah bisa diklaim ke Asuransi.Dengan ditertibkannya angkutan ke Pedalaman, Neles menegaskan tidak ada lagi sistem antri diterminal dengan menggunakan Kupon. Setiap kendaraan memuat penumpang, siapa yang datang pertama, muat penumpang duluan, begitu seterusnya. Karena itu, anak-anak Porter yang selama ini mengatur angkutan ke Pedalaman akan dikembalikan kepada Organda karena yang merekrut mereka adalah Organda.Lebih jauh Mantan Kepala Dinas DLLJR yang kini dirampingkan dalam Dinas Perhubungan ini meminta pemilik kendaraan X-trada L-200 baik yang plat hitam maupun plat kuning agar mendaftarkan kepada pemerintah lewat Dinas Perhubungan untuk mempermurah pendataan kendaraan L-200 yang beroperasi di Kabupaten Nabire. sebab sebagian dari pemilik kendaraan enggan mendaftar, lantas memuat penumpang ke Pedalaman hanya dengan mengandalkan izin operasi yang dikelaurkan oleh Polres Nabire untuk beroperasi atau jalan, bukan untuk angkutan penumpag atau barang.Jawan menambahkan pemilik L-200 diharapkan untuk mendaftar karena selama ini terjadi salah paham, pemilik kendaraan beroperasi ke Pedalaman dengan alasan telah memiliki izin dari Polisi sekalipun kendaraan plat hitam yang hanya dapat dipakai untuk kepentingan pribadi bukan untuk kepentingan umum dengan melayni angkutan barang atau penumpang. Pendekatan kepada pemilik kendaraan L-200 telah dilakukan sejak November lalu, agar melengkapi persyaratan yang dibutuhkan jika beroperasi ke Pedalaman dengan batas waktu 3 bulan. Namun hal itu dihiraukan oleh pemilik kendaraan, hingga bulan Mei lalu, itupun tak diindahkan oelh pengusaha yang mengoperasikan kendaraan L-200. Oleh karena itu, akhir Juni lalu, bersama Instansi terkait termasuk Satlantas Polres Nabire, Dispenda, Samsat, dan Jasa Raharja, serta Organda menyepakati untuk melakukan pentertiban kendaraan L-200.Ketika disinggung menyangkut tarif yang selama ini ditarik oleh sopir, Yawan mengaku belum tahu tarif yang ditetapkan sebab itu kesepakatan yang dibuat oleh penumpang dan sopir. Agar jelas tarif angkutan kendaraan X-trada tujuan Nabire – Pedalaman akan diatur dalam Perda.emanuel goo

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda