Selasa, 01 Januari 2008

Elsi Gobay.S.Pak” Mendidik seorang Perempuan Berarti Mendidik Satu Generasi”

Ketika hendak menemui tokoh Perempuan yang satu ini sempat mengalami kesulitan sebab di kediamannya di jaga Satpam . Walaupun Kontributor media ini meyakinkan Satpam dengan menunjuknan kartu pers namun tidak juga diterima. Tak tinggal diam media ini,dengan berbagai trik pun digenjot demi menemui ibu. Langsung kontak ke telepon selularnya agar saya dapat menemuinya karena sejak siang tadi sudah janjian dengannya untuk wawancara . Akhirnya Ibu Sekda Nabire ini menyilahkan masuk sembari menasehati satpam agar koresponden media ini dapat mengizinkan dan dapat menemuinya . Ketika itu pula wawancara dengan media ini berlangsung cukup lama . “Perempuan dan anak merupakan golongan masyarakat yamg sangat rentan untuk diperlakukan tidak adil oleh golongan orang berkuasa. Ketidakadilan itu dapat kita jumpai dimana saja dan berupa apa saja di sentero Papua, selain subordinasi, Stereotipe, Eksploitasi seksual, beban ganda, margilasasi, kekerasan perempauan dan anak ,pelecehan, perbudakan serta perdagangan perempuan . Demikian pula dengan masyarakat Papua dimanan kelompok masyarakat ini dikategorikan dalam kelompok masyarakat yang menganut ststem budaya patriarki (laki-laki menguasai dunia kehidupan) dimana kekuasaan dan wewenang pengambilan kkeputusan terhadap suatui permasalahan baik domestic maupun public didominasi kaum laki-laki. Dalam lingkungan masyarakat seperti ini ,perempuan menjadi mahkluk yang lebih lemahkarena menreka menjadi warga kelas dua,mereka hanya dapat menerima apa yang diinginkan dan diputuskan oleh laki-laki . Kekerasan dan ketidakadilan terhadap perempuan muncul dimana-mana , baik suami terhadap isteri, maupun dilakukan terhadap perempuan oleh masyarakat umum. Seorang suammi yang pemabuk,penjudi, di rumah memukul isteri, menganiaya , dan mencaci maki, anak-anaknya terlantar,pendidikannya tidak terurus dan masa depan anak-anak menjadi suram adalah suatu keadaan yang dapat dijumpai di seluruh pelosok Papua . Di samping itu budaya patriarkhi ini telah menciptakan jurang pemisah antara laki-laki dan perempuan telah dimanipulasi oleh kaum laki-laki dengan membangun mosi tidak percaya kemampuan yang dimiliki perempuan . Lihat saja dalam kondisi riil masyarakat Pappua secara umum dewasa ini. Dalam berbagai lingkungan aktivitas perempuan Papua belum dip-ercayakan keterlibatannya secara utuh dalam aktivitas kemasyarakatan. Akibat dari adanya kondisi tidak adanya kepercayaan terhadap perempuan Papua ,maka muncul rasa tidak percaya diri poerempuan Papua sendiri terhadap kemampuan yang dimiliki .Itu berarti secara tidak langsung masyarakat Papua belum sepenuhnya mengakui keberadaan perempuan Papua sebagai salah satu potensi yang harus ditunjang oleh masyarakat mewujudkan cita-cita masyarakat Papua yang berkeadilan . Bahwa dengan kenyataan kondisi perempuan yang sangat rentan terhadap ketidakadilan di Papua ,maka dirasa perlu untuk memperjuangkan hak-hak perempuan, mengatasi dan menekana seminimal mungkin ketidakadilan dan kekerasan yang terjadu pada perempuan Papua ,sekaligus berjuang agar perempuan Papua pun ikut dilibatkan dalam berbagai aktivitas kemasyarakatan” demikian dikatakan Elsi Gobay ,S.Pak Ketua Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Nabire .
“ Stop ,sudah, jangan siksa lagi kaum perempuan dan Anak , sebab telah menelan banyak korban kekerasan oleh oramng yang merasa dirinya berkuasa . Gender harus diterima, dipahami oleh semua dan bersama baik laki,perempuan,tua dan muda demi terwujudnya kesetaraan gender. Perempuan dan laki-laki sama dihadapan Pencipta “ terang perempuan alumni SD YPPGI Enarotali 1978 ini. Elsi Gobay,S.pak
Perempuan dalam menjalani kehidupan ini ,menanggungg beban kerja cukup berat demi kepentingan keluarga.Perempuan Selalu diberikan beban yang begitu berat sebaliknya perempuan harus disayangi lewat uluran kerjasama antara suami-isteri. Pagi-pagi dia harus pikir masak,,sebentar lagi urus makan siang,selain mengasuhanak, jualan dipasar, ditambah lagi pekerjaan lainnya . Sementara laki-laki duduk ngomong-ngomong yang tra jelas . Kepentingan anak-anak diurusnya, lalu jualan di pasar demi menghidupi kelaurga , kurang ada dukungan dari laki-laki. Perempuan hanya menanggung beban kerja yang berat bagi keluarga , pagi mengurus makan-minium, keluar ke kebun , ke pasar jualan untuk keluarga. Kasus kematian ibu dan anak karena kurang gizi,kesehatan di Papua masih tinggi, sebab selain tidak kans untuk istirahat juga kekurangan gizi, juga beban kerja yang dipikul setiap harinya cukup berat. Maka kini bekerja sama dalam keluarga baik suami mapun isteri sangat diperlukan ,tak ada ceritanya kalau semua dibikin beban pada perempuan “ tegas isteri Ayub Kayame ini.
Pendidikan dan pemberdayaan kaum perempuan diperlukan sejak dini, bukan hanya pendidikan formal melainkan nonformal teritimewa pendidikan yang memndirikan kaum perempuan agar dapat mempersiapkan dirinya dalam berkeluarga . Mendidik seorang perempuan berarti mendidik seluruh anggota keluarga ,perempuan dan laki-laki, anak-anak sebab peranan perempuan terhadap anak dalam kkeluarga sangat berpengaruh. Pendidikan formal dalam berbagai kasus masih belum banyak berkutik menghadapi kerasnya adapt dan kuatnya mitos yang dikukuhi masyarakat. Ini menjelaskan banyak daerah di Papua meeskipun pendidikan formal perempuan meningkat ,angka kematian ibu melahirkan tetap saja tinggi. Ini menandakan rendahnya status perempuan di masyarakat “ tegas alumni SMP YPPGI Enarotali 1982 lalu ini. Arah pengembangan dan pemberdayaan kaum perempuan yang mendorong tumbuhnya upaya pemberdayaan diri sehingga perempuan dapat mengangkat dan menjaga martabat dirinya sendiri melawan dan menentang diskriminasi serta meningkatkan dan memperkuat perannya dalam keluarga, masyarakat. Pemberdayaan perempuan itu menjadi landasan kuat untuk membantu program prioritas pemerintah mengatasi kemiskinan, dan penggangguran. Maka kantor pemberdayaan Perempuan di Kabupaten Nabire segera berdiri sendiri sebab sudah lama pemberdayaan perempuan sudah lama bernaung dibawah kantor Badan Pemberdayaan Kampung” tandas alumni PGAK Dok VIII Jayapura ini. Kaum perempuanlah yang menangani semua urusan rumah tangga dalam keluarga,seperti makanan,pakaian, danperumahan serta sebagai pendidik dan mengendalikan kepribadian anak-anak dalam susunan keluarga menempati kedudukan yang paling dekat dengan anak-anak. Sebab itu serang perempuan patut menjadi teladan dan pendidik dalam kasih dan disiplin yang sangat diharapkan sang suami dan anak maka pendididikan dan pemberdayaandiri seorang perempuan sebelum merangsek bahtera rumah tangga sangat diperlukan. Sehingga nantinya tinggal bagaimana seorang perempuan pengetahuaan yang dimilikinya dalam keluarga . pendidikan juga diperlukan adanya kreativitas dalam pelaksanaan .Acapkali terjadi seorang Perempuan dalam mendidik anak di[engaruhi oleh peraasaan emosi akibat beban kerja yang begitu berat juga situasi dalam rumah tangga yang kurang harmonis sehingga mempengaruhi seorang perempuan dalam mendidik anak-anak bahkan marah-marah,bentak,atau pukul. Secara psikologis cara mendidik anak seperti ini tidak membantu untuk mengembangkan sikap dan tingkah laku hidup anak. Tujuan dari semua pendidikan yang diberikan agar anak-anak setelah dewasa menjadi orang yang berguna bagi keluarga,gereja dan masyarakat dan memang inilah harapan kaum perempuan sebagai pendidik utama. Dengan demikian maka pendidikan keluarga harus ditanamkan dalam diri anak sebagai modal dasar pembentukan hidup mereka. Dalam pemberian pendidikan seorang ibu perlu konsisten . Dan dari kesemuanya, mencetak anakyang berkualitas atau tidak tergantung dari seberapa jauh pengetahuan dan pendidikan (rohani-jasmani) yang dimiliki seorang perempuan. Maka pendidikan dan pemberdayaan perempuan sejak dini sangat dikehendaki untuk digalakan agar berbagai stigma yang tersandar pada kaum perempuan dapat ditekan “ urai perempuan 7 anak ini. Menurut alumni STT Walter Post Nabire ini lebih jauh mengaku dirinya dididik oleh Bundanya Karolina Mote dengan disiplin yang tegas sekalipun mamanya kerja di dapur orang di Enarotali. “ Sejak kecil mama piara kami 3 orang . Mama besarkan kami sambil kerja membantu di dapur orang barat. Saya diasuh dari dapur orang Belanda . kerja bantuibu tidak dikasih makan, kalau sebelum Bantu mama . Disela-sela kesibukan kerja mama, selalu ajarkan kami dengan ajaran firman Tuhan. Pagi sebelum mama kerja dia mengajar kami beribadah. Didikan, ajaran bunda Karolina Mote membuat Elsi semakin bertumbuh dewasa dalam berpikir, berbicara, dan bertindak. Kalau kita dengar didikan orangtua maka akan menjadi manusia yang semakin dewasa dan memiliki umur panjang. Sebagai anak taat perintah orangtua sebab mereka Wakil Allah. Lewat merekalah kita dititipkan oleh Tuhan, maka kita pun patuh pada orangtua, sebagaimana Amsal mengajar hai anakku ,dengarkanlah didikan ayahmu, dan janganlah menyia-nyiakan ajaran ibumu ” kenang guru SD Negeri Karang Tumatis ini.
Sewaktu Gobay keluar dari Enarotali merantau ke Jayapura pun oleh Ibunya hanya diberikann uang sebesar Rp.25.000,- dan sebuah Alkitab sebagai modal baginya. “ Biar tidak ada apa-apa maka pengang Alkitab ini saja ,katanya bundanya sambil menyerahkan sebuah Alkitab ketika hendak keluar dari Kampungnya . Burung pipit yang tidak pernah tanam saja bisa makan apalagi manusia seperti saya yang paling berharga di mata Tuhan” kenang Gobay . Dengan bermodalkan 25.000,- dan sebuah Alkitab pemberian bundanya Elsi keluar kampong merantau kota jayapura dengan satu tekat “ biar dengan 25.000,- saya harus jadi guru dengan dasar firman Tuhan sebagai dorongan untuk jadi guru” tandas isteri Sekda Nabire ini .
Peranan seorang perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga sangat penting dalam mendidik anak-anak , baik pendidikan rohani maupun jasmani sebab dari kaum perempuanlah yang menjadi pendidik utama dan pertama . Maka setiap kesempatan yang ada dimanfaatkan dengan kegiatan memberdayakan diri melalui pendidikan formal maupun non formal kaum perempuan sehingga dapat mencetak generasi yang berkualitas dari segi moral,iman juga sumber daya manusia. Anak-nak balita hingga usia 12 tahun masih berada dibawah naungan ibu dan terpisahkan darinya . Karena itu masa depan generasi ini tergantung pada kemampuan asuh kaum perempuan terhadap anak-anak . Pengasuhan anak tidak sepenuhnya dibebankan pada perempuan ,melainkan bersama-sama laki-laki sebagai bagian dari pola pengasuhan keluarga . “ Saya berharap tidak melihat persoalan hanya dari sisi perempuan saja,tetapi sisi laki-laki juga . Seperti halnya pola mengasuh anak sepenuhnya menjadi tanggung jawab bersama laki-laki dan perempuan ” urai Perempuan kedua dari tiga bersaudara ini. Para perempuanlah yang mencetak ketangguhan dan kejayaan generasi mendatang . maka bangkitkan perempuan dengan berbagai pengetahuan yang mebangunkan mereka demi menata masa depan dirinya dan anak-anaknya. Pemberdayaan perempuan via pendidikan musti diperlukan . “ demi membangun bangsa ini berdayakan dulu perempuan sebab mendidik satu perempuan berarti mendidik seluruh anggota keluarga ,perempuan dan laki-laki “ tegas mantan guru SD Negeri Perumnas I Waena Jayapura ini . (Emanuel Goo )

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda