Lika-Liku Asrama Nabire Di Jayapura
Semasa Gubernur Freddy Numberi sempat menggembor-gemborkan pendidikan berpola asrama, hingga menjadi sebuah wacana publik waktu. Pemerintah Kabupaten Nabire melalui tiga pilarnya ; Pintar, Kenyang dan Sehat, pada tahun 2002 lalu menggemborkan milyaran rupiah untuk membangun asrama-asrama bagi pelajar dan mahasiswa dihampir setiap kota study di Indonesia. Di Kota Nabire sendiri telah dibangun asrama lokal dari Distrik Siriwo, Asrama Distrik Mapia, Asrama Distrik Kamuu, Asrama Ikrar, Asrama Napan, Asrama Yaur, dan lain-lain. Atau di Jayapura, Asrama Nabire di Yotefa, Asrama Putri Nabire di Perumas I Waena, Asrama Induk Nabire di Padang Bulan Jl. Sosial. Melangkah keluar Papua di Manado dan daerah lainnya telah dibangun asrama-asrama guna membentuk manusia Papua (SDM). Selain ada asrama yang telah dibangun pemerintah dan asrama swadaya dari masyarakat seperti asrama Putri Mandiri Nabire, Asrama Kangguru Nabire, Asrama Swadaya Serviam Kamuu di Jayapura dan lainnya.Lantas bagaimana pengawasan dan perhatian Pemerintah terhadap kesejahteraan, fasilitas, serta pengembangan dan pemeliharaan asrama maupun penghuninya. Di rumah bercat putih yang telah terletak di Jl. Poros Wonorejo Kalibobo tampak seorang Ibu bersama beberapa anak duduk di lorong antara dapur dengan rumah induk. Ketika SPP memasuki halaman menyalami/menyapa. Dengan ramah, si Ibu mempersilahkan duduk bergabung dengan mereka ternyata lagi sedang makan siang bersama ibu serta penghuni. “Ade’ makan keladi eh !!” katanya sembari menyodorkan satu belahan keladi dengan sayur daun ubi. “Makan apa adanya eh ?” namanya asrama jadi” tambah Ibu sambil menyilahkan santap bersama mereka. Demikian sepenggal pola makan Asrama Distrik Mapia yang berada di Kali Bobo. Ibu Lidwina Tekege pembina Asrama Mapia mengaku tahun pertama sejak dibangun Asrama ini ada bantuan namun 3 tahun belakangan hingga kini tidak ada bantuan baik bama (bahan makanan) maupun fasilitas asrama. Jangankan bantuan asrama, bantuan gempa bumipun tidak pernah di kasih, padahal gara-gara gempa, baik air, lemari, kamar mandi hancur-hancuran. Bantuan gempa saja belum ada hingga hari ini. Tak ada tanggapan dan bantuan dari pihak manapun, kalau Asrama lain yang ada malahan sudah dibangun gedung yang mewah dengan milyaran rupiah, Asrma Putri Mandiri Nabire misalnya. Karena soal bantuan bamapun tidak ada maka menjadi tanggungan saya kendatipun sebagai staf biasa di PU dengan gaji pas-pasan. Kalau Asrama dari Distrik lain biasanya makan minum tanggungan dari penghuni asrama. Karena tidak ada bantuan dan perhatian dari pemerintah maka anak-anak dari seluruh asrama lokal dari Distrik menyepakati merubah status dari asrama ke penginapan. Pemerintah hanya dirikan asrama saja toh, sedangkan pembayaran rekening Listrik, makan minum, ditanggung sendiri, urainya. Kita tilik Asrama Distrik Kamuu yang terletak di Ujung Kalibobo, keadaanya malahan cukup memprihatinkan, untuk mendapatkan air bersih saja susah, sebab mesin pompa air rusak, apalagi penerangan (listrik) salah satu sarana vital untuk belajar hingga kini belum di pasang. Salah seorang penghuni yang sempat ditemui Suara Perempuan mengatakan kami mau masak makan saja susah sebab susah dapat air bersih sampai kami harus minta tetangga. Sampai saat ini, setiap makan menggunakan lampu lilin untuk belajar sebab listrik belum masuk. Pernah lapor sama Camat selaku Pembina tapi belum dipasang. Menyoal makan minum tanggung sama-sama acapkali ada bantuan dari orang yang kasihan (Iba) pada kami. Keadaan yang sama digeluti pula asrama milik Distrik Ikrar yang bersebelahan dengan Asrama Mapia. Drs. Jhon Tebay dan Yance Dumupa menandaskan kita hidup mandiri. Pembina asrama yang notabenenya pejabat teras di daerah ini tidak ada perhatian khusus. Jangankan memberi bantuan, datang kunjungi asrama saja tidak pernah. Waktu lalu meteran listrik dicabut petugas gara-gara belum bayar rekening Listrik, tapi orang tua wali pergi berontak di PLN baru dipasang lagi. Makan. Minum kami usaha sendiri lalu masak bersama. Untuk memenuhi kebutuhan makan minum diantara kami ada yang pergi bantu-bantu kerja pada orang, disela-sela kuliah tanpa mengganggu aktivitas Kampus. Banyak pelajar mahasiswa yang hendak masuk asrama ini tapi melihat kesejahteraan asrama yang tidak memadai maka enggan masuk asrama dan lebih memilih numpang pada kerabat terdekat. Orang melihat dan mengganggap bukan asrama sehingga tidak perlu perhatian. Tiap hari kami harus kerja pada orang maka dapat pemberian beras ataupun uang untuk membeli kebutuhan. Asrama ini nampak dari luar baik maka kepikir mendapat bantuan dari berbagai pihak pada hal kami hidup tanpa uluran tangan dari siapapun. Asrama ini tidak ada perhatian hingga kini, malahan kami bertanya siapa pembina yang sesungguhnya, sebab mengadu kepada pembina juga memunculkan sikap apatis bahkan saling melempar tanggung jawab diantara pembina yang ada, tandas keduanya. Lebih jauh sorot lagi Asrama Distrik Siriwo yang berada di KPR Siriwini yang belum lama ini terbakar itu, hingga kini belum dibangun kembali sehingga sebagian penghuni putus sekolah karena tidak ada orang yang dapat menampungnya lainnya terpencar dan terpaksa menumpang pada kerabat terdekat.Sementara itu asrama Distrik Napan yang terletak di bilangan Kalibobo Nabire, kondisi sama dialami pula sebagaiman asrama lainnya. Alex Wiyepode, pengurus Asrama kabupaten Nabire di Yotefa jayapura yang belum lama ini ditemui suara perempuan menandaskan Pemerintah hanya tahunya membangun asrama, tapi semua tanggung jawab termasuk pembiayaan, pemeliharaan di dalam asrama dibebankan pada penghuni, sehingga konsentrasi belajar (pelajar asrama) terbagi untuk memikirkan belajar, pembayaran sumbangan dari asrama, maupun biaya studi. Semestinya diberi perhatian khusus sebab terakhir kami tidak mungkin pergi ke daerah lain tapi kembali membangun dan mengabdi daerah Nabire. Maka generasi yang ada diasrama-asrama harus dilihat sebagai aset daerah, masyarakat, Bangsa dan Negara. Selama ini Pemda hanya bangun asrama begitu saja tanpa dilengkapi fasilitas (air, lampu, telepon, alat tulis menulis) dana pendidikan dialokasi berbunyi milyaran tapi dikemanakan iitu kami tidak tahu. Dengar saja sejumlah dana dialokasikan untuk pendidikan tapi tidak tahu larinya kemana. Makan saja sangat susah, air, dalam keadaan itu harus bayar uang study, dan biaya lainnya sehingga kewalahan sebab rata ekonomi oarang tua lemah. Kalau tak memang begitu salah satu pilar pembangunan Sumber Daya Manusia ditiadakan sebab antara relita dan program yang dicanangkan pemerintah Kabupaten Nabire tidak sejalan. Selama ini terjadi pada ketiga Asrama Nabire yang ada di Jayapura (Aspuri Nabire, Perumnas I Weana, Asrama Nabire Padang Bulan Sosial, Asrama Nabire Yotefa) termasuk asrma Swadaya (asrama serviam Kamuu) dana berasal dari sumbangan penghuni masing-masing guna membayar, tunggakan-tunggakan, soal makan cari jalan masing-masing untuk asrama di Yotefa. Bila dibanding Kabupaten lain seperti Puncak Jaya, pelajar mahasiswa sangat sejahtera, sebab tiap tahun dianggarkan dana pendidikan yang dikirim kepada asrama maupun pelajar/mahasiswa. Tiap bulan per mahasiswa terima Rp. 500.000,- disamping uang study yang langsung dibayar ke kampus/sekolah masing-masing. Sementara kesejateraan di asrama sangat di perhatikan, didukung dengan dana dan fasilitas. Untuk mengisi kekosongan perut sepulang kuliah atau sekolah kami selalu berupaya dengan berbagai cara bahkan teman-teman ada yang minta bon temannya karena lapar harus adakan utang di warung/dikios sebelah asrama ini (seraya menunjuk kios di seberang jalan) sebab pas lagi kiriman orang tua belum tiba, itupun belum tentu dikirim bisa jadi 4-5 bulan dapat melunasi. Kendati berangkat dari ekonomi orang tua yang lemah animo generasi muda untuk mengenyam pendidikan perguruan tinggi semakin meningkat sekarang bagaiman penyediaan fasilitas belajar oleh Pemerintah Daerah. Ilmu yang selama ini diperoleh tidak mungkin akan dibawah ke daerah lain, tetapi akan kembali ke Nabire untuk membangun daerah ini, urai Wiye Pode. Asrama Serviam Kamuu yang terletak di Perumnas I Waena dibangun 1996/1997 secara swadaya oleh masyarakat Distrik Kamuu dan Ikrar, hingga kini berjumlah belasan pelajar dan mahasiswa. Keberadaan dan kehidupannya cukup memprihatinkan, asrama itu awalnya 1 gedung Aula saja sebab tidak ada kekuatan modal, namun pelajar dan mahasiswa asal dari ke dua Distrik yang belajar di kota Jayapura semakin banyak sangat sulit mendapat tempat tinggal maka gedung Aula itu dibuat sekat-sekat dan ditempatkan tempat tidur ala kadarnya. Menurut Amandus Gane, mantan ketua Asrama Servian Kamuu yang juga masih termasuk penghuni saat ini kepada SPP menandaskan kehidupan dan kesejahteraan serta fasilitas dalam asrama ini bersumber dari sumbangan penghuni sebesar Rp. 30.000,-. Dari sumbangan itu melengkapi kebutuhan asrama. Kehidupan asrama ini dijalani sesuai keberadaan dan kemampuan kami. Acapkali orang tua wali yang ada di Jayapura mereka bantu beras tetapi itupun jatah beras gaji yang dibagi dengan kami sebab merasa bagian dari kehidupan dirinya. Sejak dibangun asrama ini mendapat bantuan beras dari Dinas Sosial Propinsi 2 kali selebihnya dari upaya dan swadaya dari penghuni maupun orang tua wali yang ada di Jayapura. Kisah hidup di Asrama yang masih membekas hingga saat ini, bahwa karena kehabisan beras, kami pernah mengkonsumsi pepaya selama sebulan. Hidup bertahan lapar dari buah pepaya satu pohon tapi kini mantan penghuni itu semua selesai studi dan sukses. Sekarang pun seringkali kami kehabisan beras/bama tapi bagi yang memiliki uang selalu tanggulangi beli beras dan lauk ala kadarnya untuk makan bersama maka wajar bila ada mahasiswa tertunda-tunda study akhirnya, hanya karena belum bayar tunggakan-tunggakan di Kampus. Dilatari uang yang ada/dimiliki untuk menyokong kuliah digunakan untuk beli beras demi makan bersama. Namun rata-rata tidak pernah gagal/putus dari kuliah. Aula yang dijadikan sebagai asrama ini, kami berkeinginan untuk membangun asrama yang layak, namun kemampuan tidak kesampaian karena keterbatasan dana. Karena asrama ini tidak mampu lagi menampung semua pelajar mahasiswa maka ada yang biasa tidur digubuk-gubuk yang dibangun oleh anak-anak sendiri sebagian tidur dilantai beralaskan seberkas karton, bahkan ada yang menumpang tinggal sama orang. Untuk menarik simpati dan perhatian dari mantan penghuni, orang tua maupun pemerintah kami bongkar gubuk-gubuk dengan merancang bangunan permanen 2 lantai. Di rancang tanpa ada dana sepersenpun, hanya dengan modal niat agar ada perhatian dari semua pihak. Dari rancangan itu berdiri kerangka rumah 2 lantai dengan 9 kamar bawah dan atas 9 kamar dengan modal sumbangan sukarela dari pelajar Mahasiswa. Namun asrama ini hanya berdiri kerangka, sebab kemampuan kami sampai disitu. Namun dalam bulan Januari ini ada bantuan dari wali kota Jayapura 5 juta sewaktu ikut Natal bersama di Asrama. Dari rancangan asrama itu, kami dapat membangun asrama 2 lantai, atas hasil sumbangan sukarela anak-anak pelajar dan mahasiswa. Namun asrama itu belum jadi, hanya saja dirikan kerangka dan atap, selebihnya belum, sebab kemampuan kami sangat terbatas. Namun bulan Januari ini ada sumbangan dari dana bandes dari masyarakat yang diantar oleh kepala Distrik, juga walikota membantu 5 juta sewaktu ikut Natal bersama kami. Bila meninjau program-program Pemerintah seperti peningkatan kualitas SDM, sudah digembor-gemborkan tapi kenyataan membentuk manusia lewat asrama-asrama tidak ada, sebab asrama merupakan satu tempat membentuk SDM untuk bangun Papua. Maka diharapkan pemerintah daerah harus membantu kesejahteraan, pembangunan, fasilitas asrama-asrama. Di media massa digemborkan bahwa prioritas utama peningkatan SDM tapi tidak ada perhatian dan realisasi diasrama. Belum lama ini Pemda Nabire (DPR Komisi C) kunjungi asrama. Kami berikan catatan bahwa asrama kami ini tertua dari Kabupaten Nabire sebab dibangun atas swadaya masyarakat tapi dianggap asrama lokal (asrama distrik) maka hingga kini belum ada perhatian. Asrama perlu diperhatikan untuk membentuk generasi muda ke depan terutama Pemda Nabire sebab biasanya kami masukan Surat Pemohon Bantuan Dana/Bama ke tingkat Propinsi, biasa pejabat itu menanyakan asal Kabupaten kami lalu disarankan/disuruh masukan Proposal ke Kabupaten. Trus kami ajukan permohonan ke Kabupaten Nabire malahan surat itu hilang tanpa ada jawaban baik itu berupa surat maupun bantuan, urai Amandus Amakapade Gane.emanuel goo
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda