Paskalis Menanti Uluran Kasih
Hari jumat (27 /04) pagi Wartawan media ini memasuki sebuah rumah warga di billangan Belakang KPR Siriwini Nabire . Ketika masuk sebuah rumah sembari menyalami, seorang pria keluar dari kamarnya . Nampaknya seorang pria sibuk dikamar mengurusi anaknya dikamar “ Adoo…saya ada kasih tidur anak jadi masuk saja,habis dia pu kepala panas lagi”kata pria itu dari kamarnya mengawali perbicangan dengan media ini. Patut diakui bahwa musibah tak dapat diduga,datang dari mana dan kapan dimanapun kita berada . Bila bencana tiba , bisa kalang kabut dan bingung, ,hendak mengadu kemana, apalagi ketika itu belum siap sehingga tak berdaya menghadapinya sebab segala konsentrasi, waktu,dana dan tenaga terkuras habis menghadapinya serta mengkonsentrasikan pada musibah yang tak ada habisnya. Akhirnya ketidakberdayaan itulah bersanding diatasnya. Maka kepasrahanlah yang harus diterima, sebab sudah berdaya lagi terutama ekonomi. Demikian halnya yang dialami keluarga ketika musibah yang menimpa keluarga . Kekalutan, kebimbangan, dan kepasrahan justru lebih dirasakan oleh masyarakat ekonomi lemah,hidupnya pas-pasan . Dan itulah yang sedang dialami Keluarga Andreas Degekoto dan Marta Nokuwo .Tak ada dugaan sebelumnya ketika Keluarga Andreas Degekoto menghadapi musibah yang tertimpa pada buah hatinya Paskalis Degekoto yang kini berusia 2 tahun lebih, dimana ketika isterinya Marta Nokuwo melahirkan Paskalis ternyata ditemui kelainan pada kepala . Kepala Paskalis besar sejak lahir sedangkan bagian tubuh lainnya kecil . Ketika itu dianggap biasa namun hal itu diketahui pada pertumbuhan paskalis, kendati sudah memasuki usia dua tahun ia belum berdiri dan berbicara ,padahal adiknya sudah bicara juga berdiri,sehingga memaksa mereka memeriksakan di rumaha Sakit .Ternyata hasil pemeriksaan dokter mengatakan anaknya menyidap penyakit hydrocpalus.Kepala Paskalis semakin hari makin membengkak, maka mereka bolik-balik rumah sakit, dokter praktek, mencari pengobatan tradisioanal di kota Nabire mengobati anaknya yang menderita Hydrocpalus (gangguan ke otak) . Berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Nabire tak mampu mengobati penderitaaannya .Konsultasi ke dokter specialis juga tak ada ubahnya,melangkah lagi ke kepengobatan tradisoanal tak kunjung tiba, malahan penyakit kian parah. Segala yang dimiliki Andreas Degekoto dipertaruhkan habis-habisan untuk menjalani pengobatan namun tak mempan . Akibat pennyakit yang diderita yang kian mejadi, otomatis pula cepat sekali terserang penyakit lainnya sehingga nyaris tiap minggu keluar –masuk Rumah sakit. Dari beberapa kali berobat di Rumah Sakit ,pasangan muda ini tak mampu membiayainya .Hanya pasrah. Itulah yang ada dalam benak kedua orang tuanya . Sementara itu usia Andreas beranjak dibarengi dengan irama waktu .Usia anak kini kurang empat bulan lagi memasuki tiga tahun. Dr. Igbal Tjowandi yang memeriksa dan merawat Paskalis merujuk harus dioperasi otak Paskalis di luar Papua . Kepada kedua orangtua dirujukan untuk operasi di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makasar. Terlambat operasi ,nyawa paskalis terancam . Dokter yangmemeriksa dan merawat di Nabire mengatakan jika terlambat operasi dan apabila sudah tiga tahun, tidak bisa lagi dioperasi ,hanya tinggal menunggu ajal. “ sekarang tinggal 4 bulan lagi menggenapi usia 3 tahun” ujar Andreas pasrah. Keluarga yang Andreas Degekoto dan Marta Nokuwo yang tinggal di pemukiman Siriwini (Belakang KPR BPD Siriwini) ini kini tak dapat berkutat sebab sudah tidak mampu lagi untuk menanggung beban berat yang ada dihadapannya . Berbagai upaya sempat ditempuh untuk mendapatkan biaya pengobatan namun tak dapat diraihnya . Kini hanyalah kepasrahan, sebab ekonomi keluarganya hidup pas-pasan . Ekonomi tak memadai, mau pinjam ke mana-mana susah,karena memang tak punya pekerjaan tetap ,keluarga juga tak banyak, dan rata-rata keluarga tak mampu. Berbagai tempat pengobatan pun sempat dijelajahi , dari pengobatan di rumah sakit,dokter praktek bahkan ke pengobatan tradisional, bahkan mendatangkan dukun dari kampungnya untuk menjalani pengobatan namun hingga kini belum ada tanda-tanda ke arah kepulihan buah kekasihnya . Dari kesemuanya itu bukan untung yang didapat namun malanglah yang diraih . Tidak ada tanda-tanda perubahan pada anaknya, bahkan kini rumah sakit menjadi langganan bagi keluarganya sebab nyaris setiap bulan masuk rumah sakit menjalani perawatan . Menurut Andreas Degekoto Orangtua “ Paskalis, sejak lahir kepala besar ,daripada bagian tubuh lainnya . Dokter bilang dia menderita penyakit Hydrocepalus .Dan dikasih surat rujukan untuk pergi operasi di RSUP Makasar sebab disini fasilitas tidak ada. Menurut dokter yang memeriksa , kalau Paskalis di atas numur 3 tahun tidak bisa dibor (operasi-red)lagi, maka sebelum 3 tahun harus operasi mengeluarkan cairan dalam otak.Karena Di Papua fasilitas tidak ada maka dikasih rujukan ke Makasar namun saya tidak mampu menanggung keseluruhan biaya operasi sampai transportasi sebab tidak punya pekerjaan yang tetap. Paskalis sudah mau memasuki 3 tahun pada bulan agustus mendatang ,sebenarnya dia bisa berdiri,berjalan, bicara, tetapi karena gangguan kepala ini maka dia hanya dapat merangkak saja. Bicarapun tidak bisa padahal dia punya ade-ade bisa bicara juga berdiri juga berjalan ” urainya bernada sedih melihat anaknya . Berbagai upaya dilakukan untuk penyembuhan buah hatinya termasuk ke dukun, ke rumah sakit, dokter praktek namun belum ada kesembuhan . Sempat mengkonsumsi buah merah setiap hari namun tak ada tanda-tanda perubahan, hanya keluar luka-luka di kepala lalu dia mulai duduk-duduk dan merangkak .Sebelumnya dia hanya terbaringnya ,lalu disuap makanan dari tempat . Keluar masuk Rumah sakit menjadi langganannya . nyaris setiap bulan harus masuk rumah sakit . Setiap malam pula kepalanya selalu panas tinggi sehingga harus dikompres air ,kalau tidak dikompres maka suhu tubuhnya naik hingga kejang-kejang. Sekali waktu nyaris hembuskan napas terakhir namun setelah disuntik dua hari kemudian dia sadar kembali lagi. “Dia punya kepala selalu panas tinggi lalu setiap malam dikompres dengan air kalau tidak dia kejang-kejang. Awal Paskalis lahir itu kami anggap biasa , namun karena dia sakit panas tinggi di kepalanya di bawa ke Rumah sakit lalu dokter yang memeriksa mengatakan menyidap penyakit HYdrocpolus dan itu harus dioperasi sebelum memasuki usia tiga tahun. Kalau lewat usia 3 tahun ke atas, tidak bisa dibor lagi . Apalagi Dokter rujuk keluar Papua sebab fasilitas operasi tidak ada di Papua . Pernah mengadu ke Pemerintah Kabupaten namun hingga kini tidak ada tanggapan “ urai Degekoto . Setiap hari kepala Paskalis selalu panas tinggi . Waktu umur masih 1 tahun itu tiap malam dikompres dengan air dingin,kalau tidak ,otomatis kejang-kejang hingga tak terkontrol. Perubahan badan Paskalis selalu naik turun, Waktu tidak sakit berat badannya naiknya sampai nampak gendut. Berselang 3-4 hari berubah, berat badannya turun drastis, badannya mengecil,lalu kepala membesar ditambah dengan panas badan yang tinggi sehingga harus dikompres. Tiap malam Andreas dan Marta sibuk kompres kepalanya yang panasnya kepalanya memuncak sampai kejang-kejang. Lalu dikuti dengan sakit. Walaupun sakitnya ringan tetapi karena kombinasi dengan penyakit hydrocpalus maka harus keluar masuk rumah sakit . “Kalau sakit penyakit lain dapat berobat di rumah sakit di sini tetapi karena sakit Hydrocpalus dirujuk untuk berobat keluar Papua sebab di Papua tidak ada fasilitas . Biaya operasi saja sudah 35 juta belum lagi transportasi, akomodasi dan lainnya. Kalau disini keluar masuk rumah sakit sudah biasa bagi bahkan bagian irama kehidupan selama ini ” terang Degekoto. Keluarga Andreas Degekoto dan Marta Nokuwo yang pekerjaan tidak tetap tinggal di samping KPR Siriwini Nabire ini , kini tak bisa berkutat. Hanya kepasrahan yang bersanding diatasnya dan berharap sentuhan kasih serta kepedulian sesama. Dia Berharap dan pasrah uluran tangan kemanusian bagi Nyawa anaknya Paskalis Degekoto berusia 2 tahun yang dirujuk operasi kepalanya di Rumah Sakit Makasar. Hanya lewat kepedulian dan kemurahan dari sesamalah yang dapat menyelamatkan beban hidup dari keluarga yang tak mampu demi menyelamatkan nyawa Paskalis Degekoto . Siapa yang tergugah dan peduli , Andreas ayah Paskalis berharap kebajikan sentuhan-sentuhan tangan kasih sesama . Seberapa besar bantuan dari sesama tentu akan menyelamatkan satu nyawa dan meringankan beban yang sementara menyelimuti keluarga Andreas Degekoto di Pemukiman Siriwini. Semoga ada uluran tangan dari pembaca . emanuel goo
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda