Selasa, 16 September 2008

Sedang Terjadi Proses Pembiaran Penanganan

Wabah penyakit muntaber yang menimpah rakyat Papua di Lembah Kamuu sejak tanggal 6 April 2008 telah menyebabkan 76 orang meninggal dunia. Selain itu puluhan lainnya mengalami sakit parah hingga hampir meninggal dunia. Penyakit itu cukup menggegerkan karena dalam sehari saja lebih dari dua orang meninggal dunia.
Ironisnya lagi tidak ada kepedulian dari Pemerintah Indonesia di berbagai tingkatan pemerintahan. Karenanya tindakan ini dinilai sebagai sebuah tindakan pembiaran rakyat Papua secara sistematis .
Untuk menjelaskan merebaknya penyakit itu, penyebab dan motif, serta harapan dari mereka yang menjadi korban, Koresponden Suara Perempuan di Moanemani sempat mewawancarai Ketua Klasis Kamuu Timur sekaligus tokoh masyarakat Kamuu, Pdt. Yehezkiel Gamopode Dumupa di kediamannya pada tanggal 12 Juni 2008.
Berikut petikan wawancaranya:

Apakah benar telah terjadi wabah muntaber di Lembah Kamuu?
Iya. Wabah muntaber telah dimulai sejak tanggal 6 April di desa Idakotu, distrik Kamuu. Sementara di wilayah Kamuu Utara dimulai sejak tanggal 2 Mei yang menjangkiti masyarakat di desa Ekimani. Setelah itu dalam bulan Juni wabah yang sama juga menjangkiti masyarakat Godide (Komoubutu), Duneugi-Tekekogo, Idakebo, Mogou, dan Dogimani. Jadi, benar-benar terjadi wabah tersebut. Ini benar-benar nyata.

Menurut Anda, apakah ini sebuah wabah biasa?
Tidak. Ini sebuah wabah penyakit yang sangat luar biasa dan aneh bagi rakyat Lembah Kamuu.

Alasannya?
Penyakit ini belum kami lihat sejak nenek moyang kami. Hanya tiba-tiba muncul tahun 2008 ini.

Jadi, kira-kira apa dan siapa yang menyebabkan penyakit ini terjadi?
Menurut penilaian rakyat, sesuai dengan pengalamannya penyakit ini disebabkan oleh barang-barang jualan para pedagang yang didatangkan dari luar Papua.

Apakah barang-barang itu berpenyakit?
Barang-barang itu jelas berpenyakit. Misalnya, ayam potong (sering disebut “ayam kulkas” – red.) dan barang-barang lainnya yang yang didatangkan dari luar Papua. Barang-barang itu ada yang telah lewat masa berlakunya, sementara yang lainnya disuntik formalin dalam dosis yang tinggi dan membahayakan nyawa manusia. Kami bias merasakan itu lewat bau yang muncul dari barang-barang dagangan itu.

Apa indikator Anda mengatakan barang-barang dagangan itu berpenyakit?
Sebelum tahun 1960 seluruh rakyat Papua bebas makan dan minum apa saja tanpa masak dengan cara modern. Nenek moyang kami hanya cukup masak dengan cara bakar atau barapen, tetapi mereka tidak mendapatkan penyakit yang mematikan seperti sekarang. Mereka juga tidak mandi bertahun-tahun dan tidur di dalam abu tetapi tidak pernah dapat penyakit. Masak dan makan tanpa mencuci tangan, tetapi tidak pernah sakit. Semua ini menjadi indicator bahwa rakyat Papua di masa lalu tidak pernah dimusnahkan oleh penyakit. Penyakit yang ada sekarang ini didatangkan dari luar Papua, termasuk oleh pemerintah negara Indonesia.

Apakah ini boleh dikatakan sebuah upaya yang disengaja ?
Ya, kami menilai ini sebuah tindakan yang disengaja untuk menghambiskan atau membasmi rakyat Papua. Ini jelas sebuah tindakan genosida. Pemerintah Indonesia pura-pura mencintai orang Papua, padahal mereka selalu berpikir lain, bicara lain, dan praktek lain. Praktek mereka adalah membunuh rakyat Papua. Kami dengan tegas menghimbau kepada pemerintah Indonesia, para pedagang non-Papua, dan semua pihak yang bermaksud jahat terhadap rakyat Papua agar segera sadar dari tindakan biadabnya.

Jadi, siapa yang melakukan semua itu?.
Karena mereka ingin mengambil kekayaan alam yang ada di atas tanah Papua. Mereka tidak pernah dan tidak akan mencintai orang Papua, karena mereka hanya mencintai kekayaan alam Papua. Buktinya, orang Papua dibunuh dari hari ke hari, para transmigran dan imigran gelap didatangkan dalam jumlah yang besar tanpa meminta persetujuan dari para pemilik tanah Papua. Jadi jelas, pemerintah Indonesia sedang menjajah orang Papua.

Di satu sisi adanya pedagang yang jual barang kadarluarsa dituduh sebagai penyebab dari wabah ini, tetapi di sisi lain paling tidak ada niat baik dari para kepala distrik untuk menghentikan wabah ini. Komentar Anda?

Kami lihat pemerintahan Distrik dan kepala Puskesmas belum memberikan perhatian serius kepada masyarakat yang sedang mengalami wabah penyakit itu. Para kepala distrik dan stafnya jelas tidak duduk di kursi atau tempat kerja, para petugas medis tidak bekerja tiap hari dan hanya mengurus keperluan pribadinya saja. Mereka semua tidak melayani masyarakat dengan baik. Mereka tidak mengurus manusia, tetapi hanya mengurus keperluannya saja. Pemerintah Kabupaten Nabire omong kosong dengan pilar pembangunan yang selalu dikampanyekannya, terutama pilar kesehatan. Pemerintah Nabire tidak memberikan perhatian terhadap wabah ini dan penyakit-penyakit lain yang menimpah rakyat. Artinya, pemerintah sama sekali tidak membutuhkan orang-orang yang menjadi korban akibat penyakit ini. Kami ingin bertanya apakah bapa-bapa ada perhatian atau tidak? Apakah pemerintah melihat atau tidak? Harus diingat, Anda harus bertanggungjawab di hadapan manusia dan di depan Allah Pencipta.

Melihat kejadian ini, apa tindakan Anda?
Saya jelas bertindak tegas dan menghimbau dengan sangat agar bapa-bapa dan anak-anak putra Papua agar tolong melihat dan memantau dari dekat dan mengangkat rakyat yang sedang ditenggelamkan dan dibasmikan oleh wabah penyakit ini. Anda harus memikul amanat yang diberikan oleh Allah Maha Pengcipta ini. Kepada siapa saja agar semua keluh-kesah dari rakyat Papua ini agar disampaikan kepada siapa saja yang berkehendak baik bagi manusia. Ini masalah kemanusiaan, maka ini bukan urusan pemerintah Indonesia di tingkat kampung, distrik, kabupaten, propinsi atau pusat tetapi ini tanggungjawab manusia semesta. Karena itu, campur tangan semua pihak sangat diperlukan tanpa dibatasi oleh batas negara dan batas-batas omong kosong lainnya.

Kira-kira sudah berapa korban akibat penyakit ini?
Distrik Kamuu Utara, yaitu desa Duneugi 3 orang, desa Idakebo 3 orang, desa Ekimani 9 orang, desa Mogou 2 orang, desa Godide 1 orang, desa Ekemanida dan Idakotu 42 orang, desa Dogimani 2 orang, dan desa Bukapa 1 orang.

Ini jumlah yang sangat banyak, apakah sudah ada penanganan terhadap masalah ini?
Masalah ini kini sedang ditangani oleh Tim Kesehatan OXFAM. Para tenaga medis ini didatangkan oleh pemerintah kabupaten Paniai dan para petugas kesehatan Kabupaten Paniai. Kedatangan mereka diawali dengan keberangkatan saya ke Enarotali setelah kematian tiga orang anggota keluarga saya pada tanggal 3 Juni dengan biaya Rp. 700.000,-. Ketika itu saya langsung naik ojek ke Enarotali untuk mencari bantuan kesehatan agar rakyat Lembah Kamuu dapat diselamatkan. Karena mereka adalah para tenaga medis internasional, maka Tim OXFAM bersama petugas kesehatan di kabupaten Paniai bersedia menangani penyakit ini. Kini para tenaga medis ini sedang mengelilingi desa-desa di Lembah Kamuu untuk mengadakan pengobatan.

Apa harapan Anda ke depan?
Saya harap ada perhatian dari luar negeri dan dari dalam negeri berdasarkan nilai-nilai kemanusiaa yang luhur. Jika tidak, rakyat Papua akan habis dalam waktu sekejap saja.

Anda sempat mengatakan ini tindakan genosida. Lantas apa tindakan yang harus diambil oleh rakyat Papua ?
Karena Pemerintah Indonesia sedang menghabiskan rakyat Papua, maka kami tokoh gereja dan tokoh masyarakat dengan hati nurani meminta kepada siapa saja agar dapat mendukung perjuangan kemerdekaan Papua untuk menyelamatkan orang Papua. Rakyat dengan sungguh-sungguh tidak mendukung pemerintah Indonesia poro (suka makan – red.) uang dan suka mementingkan diri sendiri.



Pak Pendeta, karena wabah ini keluarga Anda habis, bagaimana perasaan Anda?
Ya. Selain keluarga saya, puluhan orang mati karena penyakit ini, puluhan lainnya sakit. Juga ribuan rakyat Papua telah dibantai oleh militer Indonesia. Ini kenyataan. Ya, negara punya uang, negara punya kekayaan, tetapi darah keluarga saya dan rakyat Papua harus dibayar dengan kemerdekaan Papua. Saya sangat puas dengan bayaran itu.. emanuel goo

Dimana Para-Para Untuk Menyelesaikan Masalah Perempuan Nabire

Sudah 7 tahun Kepala Bidang pemberdayaan perempuan di Kabupaten Nabire masih bernaung dibawah kantor Pemberdayaan Masyarakat Kampung . Kini kaum perempouan Nabire telah berupaya untuk berdirinya kantor pemberdayaan perempuan namun hingga kini belum memiliki kantor sendiri.

Pada 22 mei lalu ,seorang perempuan baru saja memasuki di ruangan berukuran 5x7 meter .Di pintu masuk sebuah dispenser air minum dengan beberapa gelas, disebelah kiri 2 buah meja kerja staf berderet. Sementara dari disebelahnya sebuah lemari berdiri tegak. Dari dalam ruangan sebuah meja menghadap ke pintu. Dari ruangan inilah menjadi pusat kegiatan Kepala bidang pemberdayaan Perempuan berkutat dengan dua stafnya .

Keinginan Kaum Perempuan untuk memiliki Kantor Pemberdayaan Perempuan sendirimdi Kabupaten Nabire ,nampak jauh dari gapaian ,pasalnya dalamsidang anggaran APBD Tahun 2007 medio April lalu tidak mendapat tanggapan untuk mengalokasikan dana pembangunan . Sehingga membuat Ibu Agustina Modou kepala Bidang pemberdayaan Perempuan kesal sebab dirinya merasa kerja keras untuk melangkapi segala persyaratan memiliki kantor sendiri mulai usulan program kerja hingga dana pembangunan .

“ Perempuan Nabire kecewa sebab sejak lama berupaya untuk memiliki kantor Pemberdayaan Perempuan berdiri sendiri . Jauh sebelum sidang sudah memasukan usulan perda ke berbagai instasi dengan struktur kelembagaan .Semua persyaratan yang diminta sudah dilengkapi lalu sekarang kurang apa lagi . Sangat aneh,bahwa di Negara ini sudah berdiri Menteri Pemberdayaan Perempuan ,lalu nyaris tiap propinsi bahkan kabupten telah berdiri kantor pemberdayaan Perempuan ,namun hingga hari ini tidak kantor sendiri malahan masih dibawah Badan Pemberdayaan Masyarakat sebagai kepala Bidang . Nyaris tiap tahun diusulkan untuk adanya kantor tersebut,namun selalu digugurkan .Tahun lalu diusulkan, kini diusulkan kembali dengan melengkapi berbagai persyaratan. Sekarang kekurangannya dimana, saya sangat kecewa .Sekarang tidak cara lain lagi yang saya upayakan sebab sidang APBD tahun ini digugurkan untuk . Tahun kemarin juga sama “ demikian nada kekesalan yang diutarakan Agustina Modou A.Md.P ketika pengusulan memilki kantor pemberdayaan perempuan tidak diakomodir dalam sidang APBD 2007 kepada media ini ketika ditemui diruangnya kerjanya (23/05).
Kenapa Nabire tidak pernah berdiri sendiri. Kita ekspos ke berbagai media atas keinginan kaum perempuan untuk memiliki kantor sendiri, tapi tak pernah digubris.Pengambil kebijakanmenegerti keberadaan persoalan perempuan . Kantor tidak berdiri, dana yang dialokasikan 150 juta mau buat apa. Sementara program dan persoalan kaum perempuan banyak dan semakin menumpuk di meja kerja kami ,seperti kasus pemerkosaan atas siswa SMP yang baru-baru ini juga sudah ada .
Jangankan memiliki kantor sendiri , kendaraan saja tidak dapat maka nyaris setiap hari naik ojek . “ Pejabat eselon jalan kaki. Jangan lihat dari orang tetapi dari sisi jabatannya . Eselon 4 mendapat kendaraan dinas tapi saya eselon 3 tidak memiliki kendaraan dinas . Saya jalan kaki naik ojek . Memangnya kita tidak punya andil di Nabire sehingga kami punya keinginan, kehendak, tidak diidahkan . Saya cukup berjaza buat Nabire tetapi tidak pernah ada balas jaza dari atasan “ keluh Modou
Semua keluhan perempuan,KDRT, termasuk berbagai proposal datang mengadu hingga tertumpuk diatas meja ini ,namun belum ada tanggapan untu mencari solusi sebab beradadalam berbagai keterbatasan .
Segala aspirasi,usulan , dan keinginan kaum masih berada dibawah kunkungan kekuasaan laki-laki maka wajar dan bukan hal baru bagi kaum perempuan . “ Semua keluhan perempuan ,KDRT, pemerkosaan , kekerasan seksual, dan lainnya datang bicara sini tetapi saya tidak bisa berbuat banyak dengan dana 150 juta ,juga keberadaan kantor yang tidak memungkinkan untuk perempuan berbicara nasip perempuan Nabire .Semua itu memerlukan sebuah kantor yang representative yang dengan leluasa dapat mengerjakan berbagai pekerjaan .Entah mau bicara masalah anak, perempuan memerlukan dana . Kalau berdiri sendiri baru ada dana yang dialokasikan untuk perempuan maka tidak ada maknanya kalau masih dibawa kendali kantor lain” urai perempuan sentani ini .
Kendati Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan sudah tidga kali diganti ,selama itu sudah diperjuangkan kantor sendiri ,namun selama itu tidak pernah berdiri sendiri.Drari 2002 hingga 2007 sebagai Kabid Pemberdayaan berjuang tapi muaranya tidak pernah ditanggapi serius”Ini salah siapa “ . Say a tahu bahwa tidak pernah dibahhas pada setiap sidang APBD padahal semua persyaratan dan pengusulansudah diusung yang nantinya dibahas jadi Perda . Surat sudah masukan namun itu tidak pernah dengar bahkan dibahas.Lalu apa yang kurang supaya saya lengkapi. Kalau memang dirasa kurang beritau agar dapat dilengkapi namun itu pun tidak . “ Saya sangat kecewa sekali ,sudah kerja sejak 1982-2007 untuk mengabdi Kabupeten Nabire berkorban mulai guru sampai kerja di Dinas Pariwisata hingga 2005
Menjabat sebagai kepala Bidang pemberdayaan perempuan Nabire . Selama itu pula berjuang untuk adanya kantopr sendiri namun selama itu pula tidak mampu digubris . Lalu akan dibawa kemana persoalan perempuan Nabire , sementara bidang pemberdayaan perempuan sendiri berada dalam serba keterbatasan . “ Saya sudah tidak ada daya untuk kerja ,bukan berarti tidakmampu kerja melainkan situasi seperti inilah yang membuat menurunnya semangat kerja.” Kalau segala permohonan , aspirasi, kemauan kita tidak didengar maka otomatis pula hilang semangat kerja “ tegas Modou wakil Ketua Dewan Kesenian Tanah Papua Kab.Nabire ini. Kenadaraan dinas saja tidak punya ,lalu aspirasi perempuan yang didukung oleh oraganisasi perempuan yang ada di Nabire sudah bulat , namun tidak ada jawaban pasti, sebab seribu satu macam pekerjaan yang harus dikerjakan.” Dimana para-para untuk membicarakan masalah perempuan Nabire “ tanya Modou . (emanuel goo)

Wabah Menelan Korban Ratusan Jiwa Di Lembah Kamuu

Wabah Diare kini masih merajalela di lembah Kamuu , distrik Kamuu dan kini merambah Kamuu Utara , dan Distrik Dogiyai, dan distrik Kamuu Timur . Akibatnya 76 orang meninggal dan masih membutuhkan perawatan medis .Banyak kalangan menilai adanya adanya terjadi proses pembiaran terhadap kasus diare .


Akan adanya proses pembiaran penanganan wabah diare ini , maka tanggal 7 juni lalu rumah dinas Kepala Distrik Kamuu Utara dipalang . Hal itu bermula ketika 3 orang meninggal dalam satu keluarga dari wabah ini . Karena tidak ada petugas yang menangani korban maka sebagai aksi protesnya dilampiaskan pada pemalangan rumah dinas kepala distrik . Aksi pemalangan kantor distrik Kamuu dan Kamuu Utara sengaja dilakukan agar mendapat perhatian pemerintah Kabupaten Nabire sebab sebelumnya belum ada penanganan secara serius melainkan proses pembiaran terhadap musibah ini .

Wabah Diare yang merambah di lembah Kamuu ( distrik Kamuu Utara, Distrik Kamuu Timur, Kamuu Selatan , dan Distrik Kamuu ) selama 2 bulan terakhir telah menlan korban 76 orang . Wabah ini awalnya menewaskan seorang warga di Kampung Ekemanida pada 6 april lalu . Dlam waktu sekejab saja penyakit ini menular ke beberapa Kampung di distrik Kamuu dan Kamuu Utara masing-masing Kampung Ekemanida, Idakotu, Bukapa, Dogimani Ekimani, Duneiugi, Godide, Mogou, dan Idakebo.

Data Tim peduli Kemanusian yang diterima juga penelurusan Suara Perempuan dilapangan rata-rata dalam satu hari jumlah kematian per hari adalah 2 orang bahkan di satu kampung bisa mencapai lebih dari dua orang meninggal dunia akibat wabah muntaber mulai bulan april hingga juni 2008 sebagai berikut : kampung ekemanida 16 orang , Idakotu 21 orang, Dogimani 7 orang, Denemani 5 orang , Kimupugi 3 orang, Idakebo 3 orang , Mogou 2 orang, Godide 1 orang dan Boduda 2 orang . “ Ini yang baru terdata sedangkan yang belum terdata masih banyak korban yang meninggal . .Itu disebabkan oleh sebagian warga yang menguburkan korban secara diam-diam oleh keluarga tanpa memberitahukan kepada warga lainya . Karena itui diperkirakan meninggal lebih dari 80-an lebih Tidak hanya jumlah kematian yang menggegerkan tetapi juga jumlah pasien meningkat fantatistis di puskemas” urai Yones, Jack dan Pdt. D.Auwe M.Th dari Tim peduli Kemanusian Nabire yang melakukan survei di Moenamni ketika menggelar jumpa pers ( 19/06) .

Sementara itu Dari data yang dihimpun Puskemas Moanemani selama ini melayani sekitar 40-an lebih pasien dan sebagian diantaranya berhasil diselamatkan. Walaupun


Kendatipun wabah ini telah menelan korban , dinilai kurang ada perhatian pemerintah . Warga menilai pemerintah apatis terhadap diare ini “ pemerintah bikin apa saja , disini banyak orang mati , tetapi mereka sama sekali tidak memberikan perhatian. Mereka urus politik dan pribadi saja .

Daftar Kematian Kolera Di Lembah Kamuu

No Nama-nama Korban Umur Jenis kelamin Nama desa Gejalah penyakit Tanggal wafat
1 Gooimoupai Goo 69 thn Laki2 Ekemanida Muntaber,badan panas 6-4-2008
2 Goo amoye Goo 6 thn Laki2 Ekemanida Muntaber 11-4-2008
3 Beata Gane 68 thn Wanita Ekemanida Muntaber 22-4-2008
4 Wiludina Gane 69 thn Wanita Ekemanida Muntaber 22-4-2008
5 Pieter Gane 11 thn Wanita Ekemanida Muntaber 26-4-2008
6 Yakobus Yobe 50 thn Laki2 Ekemanida Muntaber 18-4-2008
7 Moteumau Tebai 2 thn Wanita Ekemanida Muntaber 18-4-2008
8 Yosepa Yobe 31 thn Wanita Ekemanida Muntaber 3-5-2008
9 Silvester Gane 19 thn Laki2 Ekemanida Muntaber 4-5-2008
10 Anas Gane 3 thn Wanita Ekemanida Muntaber 4-5-2008
11 Marius Gane 21 thn Laki2 Ekemanida Muntaber 5-5-2008
12 Yosina Goo 16 thn Wanita Ekemanida Muntaber 7-5-2008
13 Yulita Gane 4 thn Wanita Ekemanida Muntaber 12-5-2008
14 Dagiyauka Goo 55 thn Wanita Idakotu Muntaber 21-4-2008
15 Boboubi Goo 60 thn Laki2 Idakotu Muntaber 23-4-2008
16 Damianus Goo 30 thn Laki2 Idakotu Muntaber 25-4-2008
17 Yustina Yobee 2 thn Wanita Idakotu Muntaber 29-4-2008
18 Hellena Goo 30 thn Wanita Idakotu Muntaber 27-4-2008
19 Rokesia Gane 32 thn Wanita Idakotu Muntaber 1 -5-2008
20 Irene Goo 32 thn Wanita Idakotu Muntaber 1-5-2008
21 Yulita Tagi 50 thn Wanita Idakotu Muntaber 4-5-2008
22 Selvina Tagi 31 thn Wanita Idakotu Muntaber 5-5-2008
23 Mabi Goo 3 thn Wanita Idakotu Muntaber 6-5-2008
24 Marice Yobee 20 thn Wanita Idakotu Muntaber 7-5-2008
25 Mabi Tebai 2 thn Wanita Idakotu Muntaber 9-5-2008
26 Cosmas Tebai 45 thn Laki2 Idakotu Muntaber 10-5-2008
27 Anselmus Goo 8 thn Laki2 Idakotu Muntaber 12-5-2008
28 Yuvinia Tagi 58 thn Wanita Idakotu Muntaber 11-5-2008
29 Mikhael Yobee 16 thn Laki2 Idakotu Muntaber 13-5-2008
30 Mikhael Goo 9 thn Laki2 Idakotu Muntaber 13-5-2008
31 Matias Goo 6 thn Laki2 Idakotu Muntaber 14-5-2008
32 Rufina Tibakoto 30 thn Wanita Idakotu Muntaber 14-5-2008
33 Yosevina Tebai 18 thn Wanita Idakotu Muntaber 1-5-2008
34 Yuliana Goo 36 thn Wanita Idakotu Muntaber 13-5-2008
35 Anna Gane 50 thn Wanita Ekemanida Kolera 20-5-2008
36 Mariance Yobe 30 thn Wanita Ekemanida Kolera 22-5-2008
37 Yulitina Tebai 32 thn Wanita Kimupugi Kolera 25-5-2008
38 Karolina Anouw 27 thn Wanita Dogimani Kolera 1-5-2008
39 Lea Pekei 21 thn Wanita Dogimani Kolera 30-4-2008
40 Naomi Anouw 33 thn Wanita Dogimani Kolera 2-5-2008
41 Thin Anouw 18 thn Wanita Dogimani Kolera 26-5-2008
42 Otolin Anouw 21 thn Wanita Dogimani Kolera 17-5-2008
43 Ibu Pdt Yustus Edowai 42 thn Wanita Apagougi Kolera 19-5-2008
44 Yuliana Goo 47 thn Wanita Dikiyouwa Kolera 5-5-2008
45 Vince Tebai 9 thn Laki2 Dikiyouwa Kolera 3 Juni 2008
46 Densi Agapa 23 thn Wanita Boduda Kolera 31-5-2008
47 Marius Agapa 53 thn Laki2 Boduda Kolera 30-5-2008
48 Yohana Agapa 64 thn Wanita Boduda Kolera 1-06-2008
49 Yustinus Pigai 4 thn Laki2 Deiyai Kolera 31-5-2008
50 Rubeka Tebai 30 thn Wanita Goodide Kolera 30- mei 2008
51 Yakobus Dumpa 26 thn Laki2 Idakebo Kolera 3-06-2--8
52 Marike Tigi 20 thn Wanita Duntek Kolera 15-5-2008
53 Ambrosius Mote 56 thn Laki2 Boduda Kolera 26-5-2008
54 Damiana Yobe 38 thn Wanita Ekemanida Kolera 18 mei 2008
55 Iyai dumau Iyai 2 thn Wanita Idakotu Kolera 28 Mei 2008
56 Agus Goo 4 thn Laki2 Idakotu Kolera 29 Mei 2008
57 Oktovina Goo 10 thn Wanita Idakotu Kolera 7 Juni 2008
58 Agustina Bobi 30 thn wanita Idakotu Kolera 9 Juni 2008
59 Pigomenago Pigome 76 thn Wanita Ekimani Kolera 3 mei 2008
60 Promina Goo 29thn wanita Ekimani Kolera 9 mei 2008
61 Yanuaria Agapa 27 thn Wanita Ekimani Kolera 10 mei 2008
62 Rumandus Goo 32 thn Laki2 Ekimani Kolera 12 mei 2008
63 Apra Pigome 29 thn Wanita Ekimani Kolera 19 mei 2008
64 Frans Goo 25 thn Laki2 Ekimani Kolera 22 mei 2008
65 Deserius Pigome 20 thn Laki2 Ekimani Kolera 5 juni 2008
66 Amandus Goo 19 thn Laki2 Ekimani Kolera 5 juni 2008
67 Donatus Pigome 18 thn Laki2 Ekimani Kolera 2 juni 2008
68 Lidia Dumpa 20 thn Wanita Duntek Kolera 15 mei 2008
69 Deni Adii 25 thn Laki2 Duntek Kolera 26 mei 2008
70 Bestina Dumupa 31 thn Wanita Idakebo Kolera 2 Juni 2008
71 Elena Dumupa 8 thn Wanita Idakebo Kolera 2 Juni 2008
72 Penina Boma 38 Wanita Mogou Kolera 25 mei 2008
73 Thomas Goo 35 thn Laki2 Idakebo Kolera 8 Juni 2008
74 Monika Anouw 56 thn wanita Bukapa kolera 23 mei 2008
75 Yakoba Dogomo 38 thn wanita Dogimani Kolera 19 mei 2008
76 Marta Tebay 47 perempuan Mauwa Kolera


Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nabire Yosephina Manuaron,A.Kp.M.Kes menyatakan wabah muntaber yang menelan korban 76 orang tidak benar juga pemerintah tidak apatis dan malahan kami bertanggung jawab atas Kejadian Luar Biasa ) ini . Kepada masyarakat Ekemenida, Mauwa Bukapa, Dogimanida dan sekitarnya untuk bersikap tenang . Sebab informasi tersebut tidak benar adanya dan sifatnya mengada-ada . Dinas kesehatan atasnama pemerintah Nabire telah melakukan penanganan KLB secara serisu dan secara prosedural yang berlaku . Telah melakukan penanganan sejak awal bulan mei dan keadaan tempat KLB dalam pengawasan Dinas Kesehatan . emanuel goo

“Geliat Perempuan Dalam Pilkada Kabupaten Nabire 2008”

Emanuel Goo****

Ketermarginalan , ketertindasan Perempuan dalam berbagai dimensi kehidupan sangat terasa di mana-dimana . Nyaris seantero Papua perempuan selalu berada pada posisi yang lemah , termarginalkan , terpinggirkan bahkan menjadi korban dari sebuah kebijakan , pembangunan , kekerasan dan pelecehan seksual .Kesemuanya ini akibat kunkungan system budaya Patriakhi yang lebih mendominasi, mengikat dalam nyaris setiap budaya di buana ini . Sehingga muaranya perempuan selalu menjadi korban dari segala-galanya .

Dibidang Kesehatan misalnya sangat jauh dari jangkauan , Akses kesehatan, Gizi buruk Ibu dan Anak sudah menjadi sebuah fenomena . Kematian Ibu dan Anak .

Kemudian dibidang Pendidikan prioritas menyenyam pendidikan adalah laki-laki ketimbang Perempuan . Perempuan lebih diajar dalam keluarga lebih pada belajar memasak, melayani tamu, menyuguhi sajian, ketimbang pengembangan intelektualitas ..
Atau dalam bidang Ekonomi , perempuan adalah pemegang tongkat ekonomi dalam keluarga namun jarang ada pemberdayaan ekonomi bagi perempuan dengan jalan penyedian fasilitas , akses pasar dan lainnya . Fakta kongkrit yang ada di depan mata kita rata-rata pasar lokal yang ada perempuan selalu berjualan di lorong-lorong , di luar pasar, emperan toko, pinggiran jalan raya beralaskan lantai tanah , beratapkan langit .

Di bidang perpolitik . Pada tingkat Legislasi ( legislative ) . Nyaris jatah guota perempuan di legilatif tidak mencapai target guota . Keterwakilan perempuan tidak mencapai quota yang ada . Buktinya perempuan di DPRD Nabire hanya seorang diri Clara Apapa Gobay . Sehingga posisi tawar perempuan dalam pengambilan keputusan maupun mengakomodir aspirasi, pergumulan , dan kepentingan perempuan lemah .
Lalu pada tingkat birokrasi , kaderisasi perempuan dalam birokrasi kurang, selain itu Sepak terjang kantor pemberdayaan perempuan masih dibawah naungan BPMK dengan status Kepala Bidang pemberdayaan perempuan. Banyak hal , kegiatan , program, yang harusnya dibuat oleh pemberdayaan perempuan tetapi karena masih berada dibawa naungan BPMK maka pemberdayaan perempuan menjadi tak berdaya . Kepala Bidang pemberdayaan perempuan telah berjuang berdiri kantor pemberdayaan perempuan namun tak dapat di gubris dengan sejumlah alasan . Salah satu masalah adalah dana , lalu dimana dana otsus yang sudah 7 tahun berjalan telah mengalir ke Papua .
Beralih pada masalah Kekerasan terhadap Perempuan. , Hampir setiap kasus kekerasan terhadap perempuan selalu terjadi dimana- mana di daerah ini . Pelecehan seksual, pemerkosaan , pemukulan, penganiayaan menjadi menu utama di dalam keluarga dan lingkungan sekitar kita . Kasus pelecehan seksual yang sempat terjadi di Karang Tumaritis , 8 anak dibawah diperkosa oleh seorang bapak berusia 50-an lebih . Pelaku entah berbeda-beda , saudara, adik, kakak, suami dan lainnya . Terakhir perempuan selalu menjadi korban kekerasan dalam rumah , Aparat negara , dan lainnya . Sampai sejauh ini, apakah UU KDRT yang sudah ada ini sudah disosialisasikan sampai pada kaum perempuan ? Sebuah pertanyaan yang patut diselami bersama antara pemerintah , penegak hukum , juga LSM, aktivist sosial . Sampai sejauh mana sosialisasi tersebut .
Wartawan Suara Perempuan Papua

Minggu, 14 September 2008

Lebih Dekat dengan Kandidat Bupati Joseline Sipora Boray S.SiT

Kasak-kasuk akan keterwakilan guota perempuan dalam pilkkada Nabire yang selama ini menjadi teka-teki siapa yang akan menjadi figure bupati dari kaum perempuan selama ini . Kini mulai menjadi realita ketika Mama Joseline Sipora Boray bertekat bulat maju menjadi calon Bupati Nabire 2008-2013 . Anak perempuan dari Yoel Boray mantan Sekda Nabire semasa Adipatah dan Soenarno ini sudah bulat hati untuk maju bersaing merebut jabatan Bupati mewakili kaum perempuan Nabire khususnya dan Papua ummnya . Kenekatan Sipora Boray menuju Bupati ini akan menorehkan sejarah baru di Nabire sebab sepanjang perjalanan hidup Kabupaten ini belum ada perempuan Nabire yang berani bertarung dalam persaingan Bupati Nabire maka patut mendapat dukungan dari semua pihak baik perempuan maupun kaum laki-laki yang ada di Nabire . Patut pula mendapat tempat, kesempatan ,serta dukungan akan keberaniannya mencalonkan diri sebagai Bupati Nabire kendatipun seorang diri perempuan . Soal kemampuan Mama Boray begitu nama panggilan akrab ini tak perlu diragukan sebab sejummput kegiatan dirakit olehnya yang mampu menarik perhatian warga Nabire. Sebut saja Kegitan HUT Kartini ke 129 belum lama ini mampu menuyukseskannya dengan mengeluarkan uang dari kantongnya sendiri yang tidak sedikit jumlahnya . Atau dalam tahun ini pula sempat menghadirkan di Nabire artis populer Indonesia Loela Drakel sekaligus sempat memproduksi Kaset CD bersama artis lokal lainya . Inilah secuil kebolehan, kemampuan yang sempat diretasnya dalam rangka turut berpartipasi membangun kabupaten ini dengan keuanganan yang mengorek dari kantongnya sendiri .

“ Kepemimpinan Bupati Nabire selama ini , dari masa ke masa dipimpin oleh kaum laki-laki sehingga keadilan dalam pembaguanan bagi semua pihak termasuk perempuan jarang nampak . Bukan hanya seorang Bupati kepala Dinas atau Kepala Badan pun laki-laki lebih banyak mendominasi maka keadilan, keberpihakan kepada semua pihak kurang tersentuh . Kini saatnya perempuan siap bertarung dalam pilkada Nabire ini agar keadilan, keberpihakan kepada semua pihak dihadirkan sebab penerapan keadilan, keberpihakan kepada semua pihak selalu diterapkan dalam menata rumah tangga . Ketika perempuan terpilih sebagai Bupati maka keadilan dalam pembangunan , pembagian kewenangan akan hadir . Sebab keadilan bagi perempuan adalah penerapan secara langsung didalam rumah tangga . Sebutir telur misalnya seorang perempuan berusaha membagikan kepada semua orang dalam rumah ,ayah, anak-anak, kerabat lainnya . Kalau ada yang keluar rumah dia berusaha menyisihkan bagi mereka . Inilah kisi-kisi keadilan seorang perempuan dalam rumah tangga secara lansung . Maka kalau saja Tuhan mengijinkan untuk memimpin daerah ini,pola pembangunan diterapkan seperti seorangn perempuan menata dalam Rumah tangga . Disana akan muncul keadilan sebab perempuan memiliki dasar –dasar nilai keadilan bagi semua orang.. Modal dasar bagiamana membangun sebuah daerah perempuan sudah sekiann lamanya menerapkan dalam rumah tangga dalam keluarga . Maka tidak ada yang sulit ketika perempuan menduduki jabatan Bupati dalam implementasi pembangunan. Nabire , sebuah rumah yang dihuni oleh berbagai etnis maka implementasi pembangunan dibangun dalam sebuah rumah tangga Nabire sehingga semua pihak mendapat kebagian seperti seorang Ibu membagi makanan kepada semua orang,ayah, ibu, anak-anak,dan kerabat lainnya “ kata Joseline Sipora Boray kepada Media ini kemarin (31/05)


di nabire banyak perempuan yang mampu mengatur negeri ini , namun selama ini kepemimpinan pemerintahan oleh kaum laki-laki maka semua kebijakan, keputusan
,juga program pembangunan digenjot ala laki-laki sehingga tidak nampak kebijakan berkeadilan dan keberpihakan . kettika kepemimpinan nabire ditangan perempuan maka diyakini akan hadir nilai-nilai keadilan, keberpihakan dalam rumah besar nabire . ketika perempuan memegang cambuk kepemimpinan nabire ,maka potensi, kemampuan, perempuan yang selama ini terpendam dalam diri perempuan akan terangkat lewat keberpihakan, pemberdayaan , program bagi kaum perem puan yang notabenennya selama ini berada dibalik tembok kunkungan budaya patriarhi . padahal perempuan selama ini mampu menata , membangun keluarga , menghasilkan manusia yangt berkualitas namun selama ini pula tidak diangkat , dihargai “ urai salah satu penyantun dana sejumlah ormas di Nabire ini .

Kalau saja perempuan yang memimpin rumah Nabire selama lima tahun kedepan m maka disana akan muncul nilai-nilai kasih sayang, kepedulian , keprihatinan , keadilan ,sebab perempuan mampu menembusi hingga kekuatan budaya system patriarkhi yang ada . Selama ini perempuan hanya menjadi penonton dan pemilih bukan pada kelompok yang dipilih maka untuk menyeimbangi kelompok pemilih maka sayapun siap naik pada posisi pihak yang dipilih . Maka kesempatan ini saya akan maju untuk bertarung dalam Pilkada Nabire ini sebagai kandidat Bupati “ urai alumni Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Yogyakarta ini .

Saya punya dambaan lanjut Boray ketika perempuan menduduki jabatan Bupati semua kebijakan , keputusan, implementasi program akan dikelola, ditata ala perempuan sebagaimana biasanya mengatur, menata dalam rumah tangga dengan berbasiskan kasih sayang, keadilan, kepedulian , keprihatinan, akan manusia entah perempuan maupun laki-laki yang berangkat dari basis Kampung . “ Kita bangun rumah Nabire menurut Perempuan sebagaimana seorang Ibu menata dalam rumah tangga . Sebab di sana seorang Ibu melihat, memperhatikam ,menata , mengelola, mengawasi semua asset yang ada di dalam rumah besar Nabire ini termasuk manusia , baik laki-laki, perempuan . Disana akan hadir keadilan , kebersamaan . Roh, jiwa, sifat, keibuan sebagai sosok perempuan akan hadir dalam kepemimpinan Bupati nanti, ketika perempuan terpilih sebagai bupati “ harap Boray .

Mulai Dari Keisengan Akhirnya Terselami

Adalah John N.R Gobay, Pria Kelahiran Wamena 24 April 1977 . Dalam usia yang relative muda terpilih menjadi ketua Dewan Adat Paniyai pada bulan mei lalu via konfrensi Masyarakat adat Paniai di Enagotadi . Jauh sebelum dirinya terpilih Pria berkaca ini tak surut serta tak bosan-bosannya lantang berbicara memperjuangkan hak-hak dasar masyarakat akar rumput. Tak peduli ribuan kerikil menghadang dirinya dalam menggapai hak-hak hidup masyarakat. Dalam perjuangan dan perjalan merangsek itu ,dimulai dari keisengan melakukan investrigasi dan pendampingan masyarakat dari beberapa persoalan yang berkembang dalam masyarakat kecil, ketika itu pula Gobay terselami dan ikut masuk dalam persoalan yang adalah masyarakat adat. Tak pernah memiliki dambaan bahwa suatu saat akan memangku jabatan ketua Dewan Adat Paniyai, sebab yang dalam benaknya hanya keisengan membantu dan mendampingi menyelesaikan persoalan juga bukan bidang keahlian sewaktu kuliahnya di Fakultas Ekonomi Universitas Soegiyo Pranoto Semarrang . Ketika itu pula pria alumni SMA TB Waena Jayapura ini ikut selami dalam masalah rakyat adapt.Semakin tenggelam di dalamnya , semakin jauh pula masuk menembusi dalam pergumulan masyarakat dengan hati terbuka, maka mulai berpikir ikut kecebur dengan masyarakat akar rumput. Hal itu terbukti semasa dirinya memimpin sebagai Ketua Elmasme (lembaga Masyarakat Adat MEE Paniyai ,mulai menyuarakan pencurian kayu Gaharu di Bouwobado Kab. Paniyai . Pada tahun 2003 dirinya bersama masyarakat menyurati Gubernnur segera menerbitkkan SK pendulangan Rakyat di Deggeiwo yang hingga kini bermasalah, Bertemu memperjuangkan dana 1 % kepada presider PT.Freeport Indonesia , Kampanye bahaya HIV/AIDS ,gencar berjuang hak ulayat di daerah pendulangan Degeiwo diistrik Bogobaida yang hingga kini belum ada penghargaan kepada masyarakat local disana. ,sebab daerah dan masyarakatnya yang terisolasi tersebut dikuasai,diklaim,dan dirusak oleh orang luar dengan pembekingan aparat dari pengusaha emas .
Berusaha meraih hak hidup raktyat kecil dalam berbagai hal berawal dari keisengan dan mengisi kekosongan waktu sekaligus tempat pelarian dari masalah pribadinya dihadapi saat itu namun Gobay ikut masuk dalam persoalan masyarakat yang penuh aral namun penuh makna dalam hidupnya juga menghiasi dalam perjalanan sebagai bumbu-bumbu kehidupan . “ Terpilih sebagai ketua Dewan Adat Paniyai ,tak pernah memiliki dambaan dan ambisi menjabat ,. Hanya karena keisengan memasuki dunia dan persoalan hidup masyarakat kecil disamping sebagai tempat pelarian. “Ketika saya selami dalam persoalan masyarakat semakin tenggelam dan semakin jauh pula masuk dalam pergumulan masyarakat dengan berasakan memilih kepada pihak yang lemah dengan cara beretika. Bila dihadapkan pada suatu persoalan dan situasi yang dilematis harus bertindak brutal tetapi beretika guna menggapai titik keadilan dan kebenaran” tandas Jhon Dengan berasaskan memilih kepada pihak yang lemah maka DAP bersama jajaran ini memikul beban tanggung jawab yang berat mengingat banyak hal yang dapat dilakukan sesegera, seperti sennsus penduduk local, pemetaan wilayah adat yang adalah tanah-tanah milik rakyat dengan menugaskan penjaga Kampung. Di Bali ssaja ada polisi adapt (satgas Desa Adat) untuk mengawasi dderah wisata. Di Papua ,penjaga wilayah adat ,memberi pengamanan Kampung diperlukan.
, Untuk mematangkan dirinya dalam menyelesaikan persoalan, Gobay yag juga mantan Wakil Ketua Senat n Fakultas Ekonoimi Unika Soegyo Pranoto Semarang ini sempat meretas berbagai kegiatan mulai dari dunia kampus hingga menembusi organisasi di luar kampus. Tahun 1999 dirinya merintis sebuah forum Diskusi yang dilabeli Lorenz. Dari sini mulai mencoba mengangkat persoalan-persoalan di daerah Pegunungan Tengah. Setahun sekali menggelar seminar seperti peranan Freeport terhadap di Papua. Hendak Kemana Orang Gunung di Papua, juga tahun 2000 seminar yang mengusung tajuk pembangunan masyarakat Pegunungan Tengah secara resmi dibuka oleh Gubernur almarhum Jaap Salosa . Dari rangkaian seminar dan diskusi Jhon Bersama teman-temannya sempat menerbitkan buku yang bertajuk “ Pemberdayaan Masyarakat Pegunungan Tengah” serta merta diluncurkan 09 januari 2002 yang diangkat dalam diskusi pembangunan masyarakat akar rumput di Papua dari perspektif ekonomi.
Gobay muncul ide pulang kampung halaman dikala teringat kembali orang tua di kampung dalam doanya selalu mendoakan buakt anak-anak yang kuliah di berbagai daerah maka sebagai imbalan budi baik yang bersamaan dengan itu tahun 2002 pulang kampung karena tahun itu pula menghadapi problema pribadi, Keputusan pulang kampung didukung pula atas inspirasi Budi Baik Siregar bahwa “kalau bangun Papua pergi dan berburu pada guru-guru yang ada di Papua sebab banyak kearifan-kearifan yang patut dipelajari dan diselami” Rakyat tak perlu dimabukan oleh berbagai hal baru dari luar yang mematikan kreativitas mereka tetapi masuk belajar dari persoalandan keadaan kehidupannya yang memberikan inspirasi . Agar masyarakat menjadi tuan Negeri sendiri harus dimanage oleh orang pintar masuk lewat pintu mereka sebab mereka memiliki kearifan local yang memiliki niali yang tiada tara .Kalau mau bangun pergi tanya sama orang-orang besar yang ada di honai-honai. Rakyat butuh bukti nyata dilapangan bukan teori .Mungkin itulah yang membuat dirinya pulang Kampung menjadi orang Kampung.Sarjana mesti pulang Kampung untuk mulai membangun kampung halaman sendiri demi menjadikkan pula diri sebagai tuan di Negeri sendiri. SPK(Sarjana Pulang Kampung) mesti dikembangkan untuk membangun Kampung sendiri dengan mulai dari apa yang mereka miliki,tinggal ,berpikir,berbuat dengan apa yang ada pada rakyat akar rumput. SPK yang memiliki dengan specialisasi berbagai disiplin ilmu, sekira dapat kembali membangun daerahnya. Siapkan diri dan perdayakan sarjana untuk bangun kkampung.
Dalam merangsel pekerjaan berat membawa perahu Dewan Adat pria alumni Fakultas ekonomi ini memegang sebuah rumusan bahwa membaktikan diri dalam bekerja aksi nyata 90%, 5 % menggunakan rasio , dan 5 % mernggunakan terori. Maka tak heran bila John pulang Kampung hidup bersama tua- tua adat,lalu berpikir kebutuhan akan lembaga adat mengakomodir suara-sura kalangan masyarakat bawah, yang ditindaki pendeklarasian lahirnya Elmasme (Lembaga Masyarakat Suku Mee)Gaiya di Lapangan Soeharto Enagotadi (Enarotali) pada tahun 2003. Elmasme hadirn saat itu ditengah pro kontra di masyarakat,pengukuhan dan pengakuan Elmasmee sempat dibahas di DPRD Paniyai untuk diperdakan namun melalui musyawarah Adat (Musdat) pada tahum 2004 menghasilkan akte Notaris . Mulai dari situlah Elmasme dibawah kendali John terealisasi sejumlah obsesi termasuk penyelesaiaan persoalan rakyat, baik dari pencurian gaharu di Bouwobado,mendesak Gubernur segera keluarkan SK agar Pendulangan Degeiwo jadi pendulangan rakyat . Elmasme bersama masyarakat bertemu Presider PT.Freepot Indonesia untuk memperjuangkan hak ulayat masyarakat Paniai sebab areal operasi penambangan PT.Freport kini telah melewati tapal batas wilayah hukum Paniyai’berbagai keputusan dan ketetapan dihasilkan tapi banyak hal pula yang kontra dengan realitas di masyarakat (,seperti jual beli tanah oleh masayarakat,sebenarnya sudah dibuat keputusan bahwa masyarakat tidak perlu jual tanah melainkan sewa tanah kepada orang dengan batas waktu tertetu. Bila lewat masa kontraknya tanah jadi milik masyarakat atau diperpanjang lagi. Namun pada tataran realitas tanah dijual begitu saja dengan harga yang murah.).” Memang sebagian ketetapan maupun keputusan selalu ada pro dan kontra dengan realitas di masyarakat maka seakan-akan kami tidak bekerja apa-apa.tetapi itu bukan menjadi alasan untuk berkarya demi perbaikan dan perjuangan hak-hak dasar masyakat adat Semua kontra dihadapinya sebagai konsekwensi dari sebuah keputusan atau kebijakan. Resiko dalam keputusan yang diambil ada tantangan dan dihadapi dengan lapang dada , suatu kebijakan dibuat demi perbaikan kehidupan masyarakat akar rumput”tanda pria ayah seorang poutri ini. Elmasme Satu-satunya lembaga adat yang bicara dan kampanye akan bahaya penyakit HIV/AIDS sempat diusung pada masyarakat dengan bahasa local ,baik kepada bapak-bapak,Ibu. anak-anak maupun pemuda, serta penerbitan buku kajian Religi orang Mee dan Hukum Adat orang Mee . Dalam penerbitan buku hukum adat untuk memformusikan dari lisan ke dalam bentuk tulisan bukan menentang hukum yang ada melainkan menambah refrensi hukum yang ada. Memformulasikan dari yang tidak tertulis ke dalam bentuk tulisan yang nantinya dapat dibaca oleh generasi mendatang .
Ilegal Mining alias Pendulangan emas illegal di degeiwo distrik Bogobaida dan dan Baja Biru Kabupaten Paniyai adalah Persoalan terakhir dan actual yang dirinya masih berjuang dan tangani lewat berbagai aksi,. Bukan hanya menampung ,menyelami tapi mengungkap kepada public lewat berbagai media agar ada perhatian berbagai pihak,termasuk aparat keamanan sebagai pembeking pengusaha emas maupun pendulang emas yang sudah masuk ribuan lebih di Degeiwo. Hingga kini illegal mining belum ada penyelesain sebab dibalik pengusaha ada pembekingan aparat. Pengusaha klaim lokasi tanpa membayar sepersenppun(walaupun dibayar tetapi acapkali dengan janji-janji yang tak pernah direalisasikan) hak ulayat mjasyarakat local. Berbagai cara ditempuh untuk mencari upaya penyelesaian , baik lewat aksi demo, pemalangan helly Pad (Lapangan Helikopter) pertemuan dengan DPRD Paniyai-Nabire, Pemerintah Daerah Paniyai-Nabire, juga mengungkap lewat media massa namun hingga kini belum ada penyelesaian yang final malahan penambahan aparat di daerah pendulangan dengan mencaplok tanah masyarakat. Kendati demikian upaya memperjuangkan hak-hak ulayat masyarakat adat Degeiwo terus akan diperjuanglkan dan dikumandangkan .”Yang sedang berjuang sekarang bagaimana Degeiwo jadi Daerah Pertambangan Rakyat agar masyarakat di wilayah itu dapat menikamti kekayaan alamnya “urai pria mantan ketua osis SMP Negeri 1 Wamena ini.
Disinggung adanya stigma bahwa LMA atau DAP pendukung “ M “ atau kelompok garis keras kata Mantan Ketua Elmasmee Gaiya Paniyai bahwa stigma yang keliru dan salah memahami bahwa LMA –DAP sebagai lembaga politik .Yang ada selama ini tidak pernah ada koordinasikan antara pemerintah dan Dewan Adat untuk membatasi peranan-peranban kedua lembaga. Kewenagan Adat dan kewenangan pemerintah tidak perlu campur aduk. Apa yang menjadi milik pemerintah kembalikan kepada Pemerintah lalu apa yang menjadi hak dan kewenangan adat itulah milik Adat. Dewan Adat sebagai mitra kerja pemerintah untuk membangun masyarakat bukan sebagai tempat belajar berpolitik. Oleh karena itu situasi politik di Papua mendapat stigma DAP berjalan menyelami ‘M’ padahal Dewan Adat adalah Rumah, Emawa,Pilamo, Isorei, Nduni, Bivak, ,tempat dimana membicarakan dan memeperjuangkan ,bergumul aneka hal dengan masyarakat adat. Karena itu mestinya Dewan Adat dipahami sebagi rumah ,bukan tempat berpolitik yang menjadi momok bagi pemerintah. Dewan Adat berfungsi sebagai Rumah mengolah berbbagai perkara masyarakat Adat. (emanuel goo)

Selasa, 09 September 2008

Adakah Pengganti Almarhum Alpius Petege Dalam Tubuh KPUD Nabire?

Oleh: Emanuel Goubo Goo

HAMPIR setiap pertemuan dengan partai politik, kandidat, ataupun pemerintah daerah yang lazimnya 5 orang anggota KPUD, tetapi di KPUD Kabupaten Nabire saat ini hanya terdiri dari 4 orang saja. Kursi yang satunya atas nama almarhum Alpius Petege tak ada pengganti antar waktu. Nah, layakkah KPUD yang beranggotakan 4 orang dapat menggelar Pilkada?
Jika Pilkada berhasil digelar oleh 4 anggota KPUD, bagaimana langkah kandidat yang kalah dalam pesta demokrasi ini? Dapatkah kandidat yang kalah bakal menggugat KPUD? Pertanyaan menantang inilah yang patut direnungkan, dipikirkan dan disikapi oleh KPUD dan pemerintah daerah. Sebab kalau ada kandidat yang gugur, bukan tak mungkin untuk terjadi saling gugat menggugat.
Ini salah satu kelemahan, tidak absah, dalam menggelar Pilkada ini, terutama karena sampai saat ini belum diselesaikan dalam tubuh KPUD. Walaupun almarhum Alpius Petege telah pergi, namun belum ada pergantian sisa waktu yang ada. Lalu kewenanganan siapa untuk melakukan penggantian antar waktu?
Jauh sebelum menjelang Pilkada juga memasuki tahapan Pilkada dan Pemilu legislatif dari gedung besar DPRD telah meneriakan akan adanya pergantian antar waktu DPRD, namun tak digubris, diakomodir, ditanggapi, diseriusi Pemerintah juga KPUD sendiri. Sementara proses Pilkada dan Pemilu legislatif kian mendekat. Sekarang apa yang jadi? KPUD gampang saja digugat, diobok-obok, dianggap remeh oleh siapapun, sebab dari keanggotaan saja tidak lengkap. Sehingga kebijakan, keputusan apapun yang diambil KPUD dipandang remeh, tidak falid. Mudah digugat sebab rakyat tahu bahwa keanggotaan KPUD belum lengkap. Inilah sebuah konsekwensi yang patut diterima oleh KPUD.
Antara kebijakan, keputusan (keindependenan) dan kelengkapan KPUD akan berjalan dalam dilematis sebab kesahihannnya mudah dipatahkan melalui titik kunci kelemahan yang dimilikinya. Buktinya sekarang mulai dari verifikasi perseorangan, penyelesaian dualismepartai, penetapan hasil verifikasi 10 kandidat, KPUD tidak menyelesaikan persoalan sampai tuntas. Malahan KPUD mengambil jalan win-win solusition. Karena KPUD mengadari akan kelemahannya, maka KPUD tidak menyelesaikan, mengakomodir semua persoalan dengan baik hingga tak meninggalkan bekas, namun sebaliknya selama ini KPUD meloloskan semua kandidat dengan seonggok masalah.
Buktinya, KPUD belum ada klarifikasi sejumlah kandidat yang masih menjabat sebagai pejabat pemerintahan di Nabire. Para kandidat masih belum jelas akan titik kejelasan. Kemudian hasil penetapan 10 kandidat awal September lalu yang kini dipersoalkan belakangan ini, membuka mata KPU Provinsi. Ini akibat KPUD yang mengambil win-win solution, sebab disadari bahwa bila menggugurkan beberapa kandidat berarti kemungkinan para kandidat akan mengguggat KPUD. Keanggotaan KPU yang hingga kini masih 4 orang. Selama dilakukan sejumlah pentahapan proses Pilkada, terjadilah win-win solution, agar sebelah menyebelah tidak bersentuhan. Kebijakan, ketegasan, keputusan yang berani tidak diambil oleh KPUD sebab ada kelemahan pada tubuh KPUD
Hal ini sudah ada akan kelemahan. Kini posisi KPUD diujung tanduk, sebab KPUD Provinsi akan turun mengevaluasi semua pentahanan yang dilakukan KPUD. Semua kedok akan terurai termasuk kelengkapan anggota KPUD yang selama ini berjalan. Akankah Pilkada digelar KPUD yang keanggotaannya hanya 4 orang itu. Kita menantikan kedatangan KPU Provinsi dengan hasil keputusannya. (Penulis adalah jurnalis, tinggal di pinggiran Kota Nabire)

Minggu, 07 September 2008

Radio Wagadei Menuju ,Angkasa, Paniai

Mentari pagi di bukit emas , hawa wangi bunga hutan, merdu kicauan burung emas. Sungguh mempesona , cerita indah tentang kota emas akankah terus menjadi bayang-bayang. Ooh….Diri ini sangat cemas, sungguh mencemaskan . Penderitaan menindis, hidup pun ditindas, kami hanya ingin bebas , menentukan nasib sendiri . Eeh….. Kami ingin bebas,ingin bebas, ingin bebas. Banyak korban di atas tanah ini . Tuhan dengar jeritan kami . Mentari pagi di bukit emas deburan ombak pantai putih bersih,hutan terhampar luas permai, sungguh mempesona, sungguh mempesona. Kami ingin bebas,ingin bebas, kami ingin bebas, ingin bebas .


Demikian sebuah tembang miliknya Marten C.Korwa yang dilantunkan oleh Abouhi ,yang dijadikan sebagai lantunan perdana nyaris setiap pagi pukul 6.30 WIT meluncur dari Radio Wagadei yang berada kawasan Uwibutu Jl. Enarotali Madi dari ketinggian gelombang 1476 telah mengudara di kabupaten Paniai untuk mengantar para sobat pendengar yang melangkahkan kaki menuju menunaikan rutinitas masayarakat Paniai .
Lantunan lagu tersebut , Radio Wagadei menjadikan lagu pembuka, pengantar setiap pagi memulai mengudara .

Menurut Pimpinan Radio Wagadei Jhon N.R Gobay, yang ditemui Suara Perempuan Papua di Uibutu mengatakan guna peluncuran penyiaran , pihak pengelola Radio menggelar pelatihan penyiaran dan Reportase kepada seluruh kru Radio yang belum lama ini direkrut . Pelatihan tersebut telah berlangsung selama 4 hari mulai senin 23-29 juli dengan mendatangkan seorang instruktur dari Radio Perkasa Biak yang merupakan juga reporter Radio KBR 68 H Jakarta . Radio Wagadei hadir dengan siaran kekhasan yang mudah ditangkap oleh seluruh kalangan masyarakat dengan menggunakan bahasa yang mudah diterima . Sejumlah materi akan dirakit dalam pelatihan selain materi repotase berita, teknik penyiaran, juga menyusun jadwal penyiaran .
Karena calon penyiar dan reportase awam sehingga harus dilatih minimal dari 6 orang calon penyiar yang direkrut tersebut barangkali satu atau 2 orang menjadi penyiar yang baik cukup lumayan . Sebab sambil berjalan mereka dapat belajar . Bentuk latihan yang dirancang in house traning, dilatih ditempat. pengenalan alat ditempat agar begitu selasai dilatih langsung mempraktekkan di studio . peserta yang dilatih masing-masing seorang direktur, assisten direktur, 2 orang penyiar dan 2 orang reporter .
“ Semua reporter dan penyiar yang telah dilatih sudah mulai menyiar mulai 29 juni lalu dengan siaran percobaan dan kini telah mengudara. Penyiar dan reporter yang telah bekerja 6 orang masing-masing 2 orang reporter, 2 penyiar “ kata Jhon .

Radio Wagadei medianya dewan Adat untuk menyapa lewat kata dan lagu kepada masyarakat adat . Karena lanjut Jhon tidak semua orang Paniai bisa baca tetapi kami yakin bahwa semua orang bisa mendengar dengan moto Ko Sudah Tau Tapi Radio Wagadei Menyapa untuk mengingatkan . ‘ Semua orang sudah tetapi Kami hadir untuk menyapa untuk mengingatkan . Media radio ini digunakan sebagai sarana untuk memberikan, menyadarkan , memberdayakan melalui pengetahuan-pengetahuan bagi masyarakat Paniyai.

Menyoal fasilitas penyiaran , Jhon mengaku semua fasilitas didukung oleh Pusat Pengembagangan Media Nusantara , salah satu lembaga yang lebih konsen membantu pengadaan fasilitas penyiaran radio . dan untuk itu Radio Wagadei sudah siap termasuk sarana penyiaran sehingga setelah pelatihan akan mengudara ,sedangkan legaligas sedang diproses.

Kebutuhan masyarakat akan hiburan, memperoleh sebuah pengetahuan, informasi, maka Radio Wagadei dapat hadir disini dan Radio ini akan menjadi media dari dewan adat untuk melakukan sapaan-sapaan melalui kata dan lagu untuk mengingatkan akan budayanya, kehidupan yang ada sekarang dan bahaya akan masa depan.


Masyarakat adat ada ruang ekspresi akan aspirasi, pergumulan , pertanyaan kepincangan dalam pembangunan akan dikemas dalam acara jarring asmara ( aspirasi masyarakat) yang direlay dalam satu minggu sekali, masyarakat bertanya semua elemen menjawab segalam pergumulan, pertanyaan, aspirasi masyarakat , sebab masyarakat adat punya hak untuk mendapat informasi dan pengetahuan . Maka radio Wagadei hadir untuk mengakomodir , menjawab dambaan masyarakat selama ini . Kendatipun di era informasi dan reformasi namun selama ini masyarakat sangat tertutup semua informasi perkembangan di daerah ini maupun di dunia luar . “ Radio ini hadir karena masyarakat adat maka semua aspirasi kana dijaring lewat acara khusus jarring asmara ( aspirasi masyarakat) . Aspirasi yang digumuli masyarakat akan dikonfirmasi dengan pihak terkait . Radio Wagadei digandet dari masyarakt , untuk dan oleh masyarakat adat demi menyalurkan aspirasi masyarakat . Masyarkat adalah akan mendapat ruang yang lebih besar dalam merelay aspirasi, pergumulan “ urai Jhon yang juga ketua Dewan Adat Paniyai disela-sela penyiaran percobaan di studio Radio Wagadei yang berada di kawasan Uibutu jalan Enarotali .



Dalam penyiaran semua program acara yang akan dirakit semua berangkat dari lokalitas dari 7 suku yang ada di wilayah adat Paniyai baik Suku Mee, Moni, Nduga, Ndawa, Damal ,Wolani, Wano. Reporter dan Penyiar pun direkrut dari keterwakilan 7 suku tersebut yang kini siap menyiar dan telah mengikuti pelatihan juga taka ketinggalan keterwakilan perempuan . Dengan demikian semua acara akan dikemas sesuai keberadaan masyarakat adat yang ada di wilayah adat Paniyai . “ Media ini akan berjalan bernuansa lokalitas dari semua suku yang ada , yang nantinya lebih diarahkan kepada media pengetahuan, informative, dan pemberdayaan bagi masyarakat adat “ harap Jhon NR Gobay

Ketika disinggung makna nama Wagadei , kata Gobay Wagadei adalah salah satu bunga terindah yang yang selalu tumbuh di tengah hutan , dipinggiran danau, tebing-tebing , diperbukitan , dirawa-rawa dan lembah yang menghiasi daerah Paniyai . Bungai sangat indah dan dikagumi karena keindahannnya menghiasi, memperindah bumi Paniyai yang penuh paradoks . “ Tidak salah kalau dan sangat tepat radio ini diberi nama Wagadei, yang nantinya akan menghiasi daerah Paniai, namun yang lebih terpenting kehadiran Wagadei akan membawa perubahan yang mengharumkan masyarakat adat lewat kata dan lagu untuk menyapa, menyadarkan . Tidak sekedar menghiasi, mempercantik ditengah dinamika , namun diarahkan mengangkat, memberdayakan, menyadarkan , menginformasikan kabar baru dari local , nasional maupun internasional lewat acara-acara yang disuguhkan kepada publick “ urai Jhon .


Sedangkan program acara yang dikemas dalam penyiaran radio wagadei akan dimunculkan kekhasan budaya masyarakat Paniyai, walaupun media ada nilai media perubahan . Tetapi tidak akan meninggalkan kekhasan masyarakat Paniyai . Menurutnya , ada Wagadei Menyapa, Jaring Asmara ( Aspirasi Masyarakat ), lagu dan kata tradisional, pesan-pesan moral masyarakat adat, ,Noken Adat yang berisikan masalah adat, Dialog interaktif mengkritisi masalah, dan Masalah Perempuan .

Dewan Adat Paniyai mempercepat pengembangan penyiaran radio, agar Dewan Adat Paniyai menjadi mediator, komunikator , antara pemerintah dan masyarakat adat yang tersebar dikampung-kampung juga dapat melaksanakan sejumlah program Dewan Adat Paniyai melalui Radio ini serta akan banyak manfaat kami akan petik , selain Dewan Adat yang ada ditingkat distrik dapat mengundang dalam waktu dekat ketika ada kegiatan dari Dewan Adat Paniyai, menyapa lewat Radio mereka sebagai kehadiran Dewan Adat Paniyai, masayarakat dikampung dapat mendengar pesan-pesan pembangunan juga dapat mendengarkan informasi yang terjadi diseluruh Indonesia lewat relay dengan Radio KBR 68 H Jakarta . Radio Wagadei hadir dengan moto Menyapa untuk mengadarkan,memberdayakan , menginfomasikan kepada masyarakat adat di kampung-kampung “ Wagadei , menyapa untuk mengingatkan, menyadarkan walaupun sudah sudah lewat kata dan lagu . Merangkai mengemas kata dan lagu yang memiliki makna pengetahuan bagi masyarakat. Apapun yang menjadi pengetahuan dan informasi dari manapun akan dikemas semua “ kata Jhon . ( emanuel goo - en